Tabanan (Antara Bali) - Mantan menteri kebudayaan dan pariwisata I Gde Ardika memandang Bali ke depannya perlu membatasi jumlah kedatangan wisatawan ke daerah itu.
"Harusnya disadari bahwa daya dukung Bali juga terbatas sehingga tidak bisa menerima jumlah wisatawan secara kuantitatif yang terlalu besar, jadi semestinya diarahkan secara kualitatif," katanya ketika dihubungi via telepon dari Tabanan, Selasa.
Di sela memberikan ucapan selamat via telepon kepada Ketua Yayasan Karang Lestari I Gusti Agung Prana yang berhasil meraih penghargaan dari badan PBB yang bergerak di bidang pembangunan (UNDP), Ardika menyatakan ketidaksetujuannya jika ke depan Bali dipaksakan untuk mampu menerima sekian puluh juta wisatawan.
Menurut dia, harus dipertimbangkan seberapa besar daya dukung Pulau Dewata untuk menerima kunjungan wisatawan, baik itu dari daya dukung fisik berupa ruang, infrastruktur, kapasitas air hingga kapasitas sosial budaya.
"Jangan sampai masyarakat Bali nantinya merasa berada tidak di wilayahnya sendiri karena diokupasi oleh wisatawan yang terlalu besar," ujar Ardika yang juga anggota komite etik dan riset United Nations World Tourism Organization (UNWTO) itu.
Ia menambahkan, salah satu bentuk "quality tourism" memang secara umum disebut wisata spritual. Tetapi inipun jangan diartikan semata-mata hanya meditasi atau beryoga, tetap yang paling utama adalah orang-orang yang mau menghormati nilai-nilai, norma dan adat istiadat masyarakat Pulau Dewata.(LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Harusnya disadari bahwa daya dukung Bali juga terbatas sehingga tidak bisa menerima jumlah wisatawan secara kuantitatif yang terlalu besar, jadi semestinya diarahkan secara kualitatif," katanya ketika dihubungi via telepon dari Tabanan, Selasa.
Di sela memberikan ucapan selamat via telepon kepada Ketua Yayasan Karang Lestari I Gusti Agung Prana yang berhasil meraih penghargaan dari badan PBB yang bergerak di bidang pembangunan (UNDP), Ardika menyatakan ketidaksetujuannya jika ke depan Bali dipaksakan untuk mampu menerima sekian puluh juta wisatawan.
Menurut dia, harus dipertimbangkan seberapa besar daya dukung Pulau Dewata untuk menerima kunjungan wisatawan, baik itu dari daya dukung fisik berupa ruang, infrastruktur, kapasitas air hingga kapasitas sosial budaya.
"Jangan sampai masyarakat Bali nantinya merasa berada tidak di wilayahnya sendiri karena diokupasi oleh wisatawan yang terlalu besar," ujar Ardika yang juga anggota komite etik dan riset United Nations World Tourism Organization (UNWTO) itu.
Ia menambahkan, salah satu bentuk "quality tourism" memang secara umum disebut wisata spritual. Tetapi inipun jangan diartikan semata-mata hanya meditasi atau beryoga, tetap yang paling utama adalah orang-orang yang mau menghormati nilai-nilai, norma dan adat istiadat masyarakat Pulau Dewata.(LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012