Ketika Wales ditantang Swiss dalam pertandingan Grup A di Stadion Olimpiade, Baku, Azerbaijan, Sabtu malam nanti, maka Wales tengah mengawali petualangan mereka dalam turnamen besar ketiga yang diikutinya setelah Piala Dunia 1958 di mana mereka mencapai perempatfinal dan Piala Eropa 2016 ketika secara mengejutkan menjadi semifinalis.
Meskipun selalu lolos melewati 16 besar dan apalagi fase grup, Wales tidak akan mengawali dengan mudah Euro 2020, apalagi lawan pertamanya di Grup A adalah Swiss yang juga melewati fase grup Euro 2016 di Prancis itu.
Yang juga bisa menambah Wales makin waspada adalah catatan Swiss dalam tujuh pertemuan di antara mereka yang lima di antaranya dimenangkan Swiss. Tetapi terakhir kali bertemu pada 7 Oktober 2011, Wales justru yang menang.
Wales adalah tim kejutan Euro 2016 namun mereka akan mengawali petualangannya di Grup A bersama tim yang sangat berbeda dengan skuad lima tahun silam itu. Lima tahun lalu, di bawah kepelatihan Chris Coleman yang berhasil mengantarkan tim ini ke turnamen besar pertamanya dalam 58 tahun terakhir yang bahkan ditutup manis dengan mencapai semifinal sebelum bertekuk lutut kepada Portugal yang akhirnya juara.
Hanya delapan pemain yang lima tahun lalu membawa Wales ke tempat ketiga yang masih memperkuat tim yang sekarang. Tetapi itu sudah memberikan kepercayaan tinggi masyarakat sepakbola Wales bahwa tim kesayangannya bakal kembali membuat kejutan, apalagi pengganti Coleman juga seorang mantan pesepakbola besar, Ryan Giggs, yang bekas pemain sayap serta legenda hidup Manchester United.
Sayang, Giggs tak akan bersama skuadnya. Tudungan serangan terhadap dua wanita membuat Giggs tak bisa mendampingi timnya sehingga yang berperan nanti mengisi tugasnya adalah sang asisten, Robert Page.
Dan Robert Page akan sama dengan Giggs, masih berharap pada aura kebintangan pemain andalan mereka yang bintang Euro 2016, Gareth Bale, sekalipun pemain ini tampil buruk dalam level klub di Real Madrid dan Tottenham Hotspur belakangan ini. Harapan pada Bale bukan satu-satunya tambatan, karena Wales justru lebih optimistis kepada generasi baru pemain mereka.
Daniel James sang pemain sayap Manchester United yang luar biasa cepat, gelandang Liverpool Nico Williams yang kian berpengalaman diasah Juergen Klopp dan pemain Chelsea Ethan Ampadu yang semusim lalu dipinjamkan kepada Sheffield United.
Masih ada Harry Wilson dan David Brooks yang juga barisan muda berbakat yang memiliki keterampilan teknis tinggi. Mereka semuanya membuat kiprah tim Page bisa sama mengejutkannya dengan tim edisi 2016.
“Mereka karakter-karakter yang hebat, tak ada duanya. Saya bekerja sama dengan mereka saat menangani U-19 dan U-21, jadi saya tahu mereka sebagai manusia, sebagai karakter. Saya tahu mereka memiliki kemampuan. Dan mereka menciptakan transisi dan tingkatan dengan mulus sekali, jadi kredit bagi mereka juga,” kata Page seperti dikutip Reuters.
Bukan hanya karena Wales bisa membuat kejutan dalam Euro 2016 yang membuat Page percaya timnya bakal bersinar terang dalam Euro yang ditunda satu tahun karena pandemi ini, tapi juga melihat statistik yang ditorehkan pemain-pemainnya sebelum sampai ke putaran final Euro 2020. "Ya, Anda melawan tim-tim terbaik di Eropa, tetapi kami sudah membuktikan diri bulan-bulan belakangan ini bahwa kami bisa menandingi yang terbaik,” kata Page.
Dan itu termasuk Swiss, calon lawan pertama Wales dalam Euro 2020. Tetapi Swiss itu terkenal tangguh sampai bisa mencapai 16 besar Piala Dunia 2018 di Rusia dan dalam Euro 2016 di Prancis.
Tim ini juga diprediksi kuat akan melalui fase grup sekalipun masih harus menghadapi Italia yang superkuat dan baru saja menggasak Turki 3-0. Tetapi juga Turki tetap lawan yang bisa memupus segala impian mereka.
Skuad Vladimir Petkovic hanya satu kali kalah dalam kualifikasi Euro edisi ini. Keberhasilan ini ditulangpunggungi oleh dua pemain berpengalaman mereka yang membela dua tim top Liga Premier.
Pertama, gelandang Granit Xhaka di Arsenal dan kedua, playmaker Liverpool yang kerap bermain di sayap, Xherdan Shaqiri.
Masih ada ujung tombak Borussia Moenchengladbach Breel Embolo dan striker Haris Seferovic dari Benfica yang bisa membuat serangan-serangan Swiss tidak berakhir dengan dengan menciptakan peluang.
Seferovic yang belakangan subur bersama Benfica dan sejauh ini sudah menciptakan 21 gol untuk Swiss bisa menjadi faktor penentu dalam putaran nasib Swiss yang jauh lebih sering tampil baik dalam Piala Eropa maupun Piala Dunia dibandingkan Wales.
Dengan resume lebih superior dibandingkan dengan Wales itu, Swiss punya alasan untuk percaya diri. “Kami menaruh hormat kepada lawan-lawan kami, itu yang paling penting, tetapi kami takut kepada siapa pun,” tandas Petkovic.
Kemungkinan line-up (dirilis laman Euro 2020)
Wales 3-4-3: Danny Ward; Chris Mepham, Joe Rodon, Ben Davies; Connor Roberts, Joe Allen, Ethan Ampadu, Neco Williams; Daniel James, Harry Wilson, Gareth Bale
Swiss 3-4-1-2: Yann Sommer; Nico Elvedi, Fabian Schar, Manuel Akanji; Kevin Mbabu, Denis Zakaria, Granit Xhaka, Ricardo Rodríguez; Xherdan Shaqiri; Breel Embolo, Haris Seferovi
Skenario pertandingan
Berdasarkan kemungkinan formasi bermain itu, Wales yang biasanya sulit mencetak gol kemungkinan tidak akan mempermasalahkan siapa yang lebih banyak mendistribusikan bola.
Mereka bolak balik memasang formasi tiga bek dan empat bek dalam beberapa kesempatan pertandingan pemanasannya. Namun kecenderungannya akan memasang tiga bek yang dikawal empat gelandang saat menghadapi Swiss itu.
Formasi itu dipasang dengan keyakinan bisa memanfaatkan kecepatan Daniel James dan Gareth Bale dalam merancang dan melancarkan serangan. Strategi ini bisa sangat efektif terhadap tim yang sistem pertahanannya rawan seperti Swiss.
Karena pengalamannya bersama tim besar, James dan Bale, memanggul peran sentral dalam sistem bermain Wales yang diyakini bisa membuka ruang yang memungkinkan timnya membangun serangan dengan mereka sebagai mata pedang serangan mereka.
Keberhasilan kedua pemain ini dalam memanfaatkan celah rawan dalam pertahanan Swiss membuat Wales menjadi tim yang lebih mungkin memetik hasil sempurna dalam mengawali kampanye yang bisa saja mengulangi kiprah mengejutkan mereka di Prancis dalam Euro 2016.
Swiss sebaliknya, bakal menjadi tim yang lebih berinisiatif menyerang. Granit Xhaka dan Remo Freuler akan bahu membahu menguasai lapangan tengah untuk mendikte pertandingan ini dibantu playmaker Xherdan Shaqiri yang bermain di sayap.
Selama ini pelatih Vladimir Petkovic sukses membangun Swiss sebagai tim yang memiliki gaya bermain sangat rapi dan berfrekuensi tinggi dalam memasuki kotak penalti lawan.
Duet Xhaka-Freuler di tengah akan membuat Swiss kokoh dalam menghalau upaya Wales menusuk ke depan dan sebaliknya menjadi inti terbangunnya serangan Swiss. Tetapi mereka membutuhkan gelandang bertahan dan bek yang mampu mengimbangi cepatnya duet James-Bale yang juga pandai mencari posisi.
Setelah semuanya terbangun, Swiss tinggal berharap kepada Breel Embolo atau Haris Seferovic yang dari 48 pertandingan musim ini bersama Benfica mengemas 26 gol, untuk menuntaskan peluang-peluang Swiss.
Statistik kedua tim
Euro 2020 menjadi turnamen besar ketiga yang diikuti Wales setelah Piala Dunia 1958 dan Euro 2016 masing-masing mencapai perempatfinal dan semifinal.
Bagi Swiss, ini Euro kelimanya setelah edisi 1996, 2004, 2008 dan 2016 di Prancis di mana mereka menjadi perempat finalis. Swiss juga sudah delapan kali masuk putaran final Piala Dunia yang lima di antaranya selalu berhasil menembus fase grup.
Swiss tak terkalahkan dalam lima pertandingan Piala Eropa (dua kali menang, tiga kali seri). Mereka kalah dalam enam dari delapan pertandingan Euro.
Mereka sudah bertemu tujuh kali, sejak 1949 sampai 2011, tetapi tiga terdahulu dalam laga persahabatan sedangkan empat sisanya selalu dalam kualifikasi Piala Eropa. Catatannya adalah Swiss menang lima kali, Wales dua kali.
Swiss tidak terkalahkan dalam tiga pertandingan Piala Eropa terakhirnya, sebaliknya Wales tidak terkalahkan dalam lima pertandingan Piala Eropa terakhirnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Meskipun selalu lolos melewati 16 besar dan apalagi fase grup, Wales tidak akan mengawali dengan mudah Euro 2020, apalagi lawan pertamanya di Grup A adalah Swiss yang juga melewati fase grup Euro 2016 di Prancis itu.
Yang juga bisa menambah Wales makin waspada adalah catatan Swiss dalam tujuh pertemuan di antara mereka yang lima di antaranya dimenangkan Swiss. Tetapi terakhir kali bertemu pada 7 Oktober 2011, Wales justru yang menang.
Wales adalah tim kejutan Euro 2016 namun mereka akan mengawali petualangannya di Grup A bersama tim yang sangat berbeda dengan skuad lima tahun silam itu. Lima tahun lalu, di bawah kepelatihan Chris Coleman yang berhasil mengantarkan tim ini ke turnamen besar pertamanya dalam 58 tahun terakhir yang bahkan ditutup manis dengan mencapai semifinal sebelum bertekuk lutut kepada Portugal yang akhirnya juara.
Hanya delapan pemain yang lima tahun lalu membawa Wales ke tempat ketiga yang masih memperkuat tim yang sekarang. Tetapi itu sudah memberikan kepercayaan tinggi masyarakat sepakbola Wales bahwa tim kesayangannya bakal kembali membuat kejutan, apalagi pengganti Coleman juga seorang mantan pesepakbola besar, Ryan Giggs, yang bekas pemain sayap serta legenda hidup Manchester United.
Sayang, Giggs tak akan bersama skuadnya. Tudungan serangan terhadap dua wanita membuat Giggs tak bisa mendampingi timnya sehingga yang berperan nanti mengisi tugasnya adalah sang asisten, Robert Page.
Dan Robert Page akan sama dengan Giggs, masih berharap pada aura kebintangan pemain andalan mereka yang bintang Euro 2016, Gareth Bale, sekalipun pemain ini tampil buruk dalam level klub di Real Madrid dan Tottenham Hotspur belakangan ini. Harapan pada Bale bukan satu-satunya tambatan, karena Wales justru lebih optimistis kepada generasi baru pemain mereka.
Daniel James sang pemain sayap Manchester United yang luar biasa cepat, gelandang Liverpool Nico Williams yang kian berpengalaman diasah Juergen Klopp dan pemain Chelsea Ethan Ampadu yang semusim lalu dipinjamkan kepada Sheffield United.
Masih ada Harry Wilson dan David Brooks yang juga barisan muda berbakat yang memiliki keterampilan teknis tinggi. Mereka semuanya membuat kiprah tim Page bisa sama mengejutkannya dengan tim edisi 2016.
“Mereka karakter-karakter yang hebat, tak ada duanya. Saya bekerja sama dengan mereka saat menangani U-19 dan U-21, jadi saya tahu mereka sebagai manusia, sebagai karakter. Saya tahu mereka memiliki kemampuan. Dan mereka menciptakan transisi dan tingkatan dengan mulus sekali, jadi kredit bagi mereka juga,” kata Page seperti dikutip Reuters.
Bukan hanya karena Wales bisa membuat kejutan dalam Euro 2016 yang membuat Page percaya timnya bakal bersinar terang dalam Euro yang ditunda satu tahun karena pandemi ini, tapi juga melihat statistik yang ditorehkan pemain-pemainnya sebelum sampai ke putaran final Euro 2020. "Ya, Anda melawan tim-tim terbaik di Eropa, tetapi kami sudah membuktikan diri bulan-bulan belakangan ini bahwa kami bisa menandingi yang terbaik,” kata Page.
Dan itu termasuk Swiss, calon lawan pertama Wales dalam Euro 2020. Tetapi Swiss itu terkenal tangguh sampai bisa mencapai 16 besar Piala Dunia 2018 di Rusia dan dalam Euro 2016 di Prancis.
Tim ini juga diprediksi kuat akan melalui fase grup sekalipun masih harus menghadapi Italia yang superkuat dan baru saja menggasak Turki 3-0. Tetapi juga Turki tetap lawan yang bisa memupus segala impian mereka.
Skuad Vladimir Petkovic hanya satu kali kalah dalam kualifikasi Euro edisi ini. Keberhasilan ini ditulangpunggungi oleh dua pemain berpengalaman mereka yang membela dua tim top Liga Premier.
Pertama, gelandang Granit Xhaka di Arsenal dan kedua, playmaker Liverpool yang kerap bermain di sayap, Xherdan Shaqiri.
Masih ada ujung tombak Borussia Moenchengladbach Breel Embolo dan striker Haris Seferovic dari Benfica yang bisa membuat serangan-serangan Swiss tidak berakhir dengan dengan menciptakan peluang.
Seferovic yang belakangan subur bersama Benfica dan sejauh ini sudah menciptakan 21 gol untuk Swiss bisa menjadi faktor penentu dalam putaran nasib Swiss yang jauh lebih sering tampil baik dalam Piala Eropa maupun Piala Dunia dibandingkan Wales.
Dengan resume lebih superior dibandingkan dengan Wales itu, Swiss punya alasan untuk percaya diri. “Kami menaruh hormat kepada lawan-lawan kami, itu yang paling penting, tetapi kami takut kepada siapa pun,” tandas Petkovic.
Kemungkinan line-up (dirilis laman Euro 2020)
Wales 3-4-3: Danny Ward; Chris Mepham, Joe Rodon, Ben Davies; Connor Roberts, Joe Allen, Ethan Ampadu, Neco Williams; Daniel James, Harry Wilson, Gareth Bale
Swiss 3-4-1-2: Yann Sommer; Nico Elvedi, Fabian Schar, Manuel Akanji; Kevin Mbabu, Denis Zakaria, Granit Xhaka, Ricardo Rodríguez; Xherdan Shaqiri; Breel Embolo, Haris Seferovi
Skenario pertandingan
Berdasarkan kemungkinan formasi bermain itu, Wales yang biasanya sulit mencetak gol kemungkinan tidak akan mempermasalahkan siapa yang lebih banyak mendistribusikan bola.
Mereka bolak balik memasang formasi tiga bek dan empat bek dalam beberapa kesempatan pertandingan pemanasannya. Namun kecenderungannya akan memasang tiga bek yang dikawal empat gelandang saat menghadapi Swiss itu.
Formasi itu dipasang dengan keyakinan bisa memanfaatkan kecepatan Daniel James dan Gareth Bale dalam merancang dan melancarkan serangan. Strategi ini bisa sangat efektif terhadap tim yang sistem pertahanannya rawan seperti Swiss.
Karena pengalamannya bersama tim besar, James dan Bale, memanggul peran sentral dalam sistem bermain Wales yang diyakini bisa membuka ruang yang memungkinkan timnya membangun serangan dengan mereka sebagai mata pedang serangan mereka.
Keberhasilan kedua pemain ini dalam memanfaatkan celah rawan dalam pertahanan Swiss membuat Wales menjadi tim yang lebih mungkin memetik hasil sempurna dalam mengawali kampanye yang bisa saja mengulangi kiprah mengejutkan mereka di Prancis dalam Euro 2016.
Swiss sebaliknya, bakal menjadi tim yang lebih berinisiatif menyerang. Granit Xhaka dan Remo Freuler akan bahu membahu menguasai lapangan tengah untuk mendikte pertandingan ini dibantu playmaker Xherdan Shaqiri yang bermain di sayap.
Selama ini pelatih Vladimir Petkovic sukses membangun Swiss sebagai tim yang memiliki gaya bermain sangat rapi dan berfrekuensi tinggi dalam memasuki kotak penalti lawan.
Duet Xhaka-Freuler di tengah akan membuat Swiss kokoh dalam menghalau upaya Wales menusuk ke depan dan sebaliknya menjadi inti terbangunnya serangan Swiss. Tetapi mereka membutuhkan gelandang bertahan dan bek yang mampu mengimbangi cepatnya duet James-Bale yang juga pandai mencari posisi.
Setelah semuanya terbangun, Swiss tinggal berharap kepada Breel Embolo atau Haris Seferovic yang dari 48 pertandingan musim ini bersama Benfica mengemas 26 gol, untuk menuntaskan peluang-peluang Swiss.
Statistik kedua tim
Euro 2020 menjadi turnamen besar ketiga yang diikuti Wales setelah Piala Dunia 1958 dan Euro 2016 masing-masing mencapai perempatfinal dan semifinal.
Bagi Swiss, ini Euro kelimanya setelah edisi 1996, 2004, 2008 dan 2016 di Prancis di mana mereka menjadi perempat finalis. Swiss juga sudah delapan kali masuk putaran final Piala Dunia yang lima di antaranya selalu berhasil menembus fase grup.
Swiss tak terkalahkan dalam lima pertandingan Piala Eropa (dua kali menang, tiga kali seri). Mereka kalah dalam enam dari delapan pertandingan Euro.
Mereka sudah bertemu tujuh kali, sejak 1949 sampai 2011, tetapi tiga terdahulu dalam laga persahabatan sedangkan empat sisanya selalu dalam kualifikasi Piala Eropa. Catatannya adalah Swiss menang lima kali, Wales dua kali.
Swiss tidak terkalahkan dalam tiga pertandingan Piala Eropa terakhirnya, sebaliknya Wales tidak terkalahkan dalam lima pertandingan Piala Eropa terakhirnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021