Aktor Nicholas Saputra bukan termasuk pria yang anti ke dapur, malah aktivitas memasak sudah lama menemani hari-harinya sebelum berperan sebagai koki di "Aruna dan Lidahnya", peran yang membuatnya mendapat Piala Citra kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

Memasak adalah kegiatan meditatif dan memberi ketenangan bagi aktor yang namanya melejit ketika membintangi film remaja "Ada Apa Dengan Cinta?".

"Ada berbagai macam unsur, ada suara, warna, aroma, rasa, itu adalah sesuatu yang hidup banget buat saya," kata Nicholas ditemui di Jakarta, Kamis (3/5).

Hasil akhir dari sebuah masakan tidak pernah bisa ditebak. Ada kalanya hidangan sesuai dengan yang diharapkan, tapi pernah juga dia mengalami kegagalan. "Ya seperti hidup lah," ujar Nicho.

Melihat laki-laki berkutat di dapur bukan hal asing untuk Nicholas yang mengungkapkan dapur tidak didominasi oleh sang ibu, melainkan juga ayahnya yang biasa membuat masakan Barat.

Lagipula, memasak menurutnya merupakan keterampilan yang penting untuk bertahan hidup, bukan kegiatan yang hanya dikaitkan dengan gender tertentu. Setidaknya, setiap orang harus tahu cara memasak makanan yang sederhana agar bisa hidup di mana saja.

"Kalau kita naik gunung, bagaimana makannya kalau tidak masak? Kalau kemping ke hutan, kita dituntut untuk masak."

Memasak lebih dari sekadar meracik bahan-bahan menjadi sepiring hidangan lezat untuk dinikmati. Perlu juga pengetahuan soal alat masak hingga teknik yang benar, juga manajemen waktu.

"Masak kan soal manajemen, saya pernah masak buat 15 orang kemping ke hutan. Itu kan butuh manajemen yang bagus, kalau enggak kita telat waktunya karena dari memotong bawang sampai masakan jadi butuh waktu yang cukup," urai peraih Piala Citra sebagai Aktor Terbaik lewat film "Gie".

Memasak merupakan caranya mengontrol asupan makanan bergizi untuk tubuh, juga membantunya mengatur tubuh untuk urusan pekerjaan dengan cara aman dan sehat, seperti menaikkan berat badan atau menurunkan berat badan.

Masakan sehat tak melulu harus terasa hambar. Nicho tetap menambahkan penyedap rasa, tetapi dari bahan-bahan alami seperti jamur, keju, tomat hingga rumput laut.

"Saya lebih suka masakan yang natural sih, penyedap rasa natural tuh banyak," ucap aktor kelahiran 24 Februari 1984.

Sama seperti orang lain yang lebih sering beraktivitas di rumah akibat pandemi COVID-19, Nicholas juga memiliki lebih banyak waktu luang ketimbang selama setahun terakhir ini.

Di saat orang-orang menggeluti hobi baru, Nicho memilih untuk mengasah kemampuan memasak, khususnya hidangan Nusantara yang kaya akan bumbu dan proses pembuatannya relatif lebih rumit dan panjang ketimbang masakan Barat. Dengan bangga, dia menyatakan kini bisa memasak hidangan seperti ayam woku.

"Selama setahun kemarin lebih banyak di rumah, banyak eksplorasi apa yang mau dimakan. Dapur jadi tempat paling penting di rumah," kata Nicho yang mengulik berbagai cara mengolah aneka jenis makanan.

Baca juga: Nicholas Saputra jadi brand duta handphone

Sayuran, khususnya, adalah jenis makanan yang betul-betul dia eksplorasi selama berkutat di dapur saat pandemi. Sayur mayur bisa diolah jadi berbagai cara dan beragam bumbu, bisa disajikan menjadi hidangan Nusantara atau Barat, bisa dimasak dengan cara direbus atau ditumis. Semua tergantung dari kreativitas.

 
Nicholas Saputra di Showroom Miele, Jakarta, Kamis (3/6/2021) (ANTARA/HO)


Dapur impian
Nicho mendapat kepuasan yang lebih ketika bahan yang dia masak berasal dari kebunnya, tumbuh dari benih yang ditanam oleh tangannya sendiri. Bayam, kangkung hingga gambas atau oyong adalah beberapa diantaranya. Kebun berisi bahan-bahan masakan begitu penting sampai hal itu menjadi bagian dari dapur impiannya kelak.

"Penginnya saya punya dapur yang bisa mendapatkan bahan-bahannya tuh langsung, punya kebun untuk bisa masaknya, jadi semuanya fresh," katanya, menambahkan kendalanya adalah tidak semua bahan makanan bisa secara mudah ditanam.

Selain keberadaan kebun, Nicho mengatakan desain dapur sangat penting dalam membuat kegiatan masak-memasak jadi menyenangkan. Harus ada tempat-tempat yang tepat untuk mengambil bahan makanan, mempersiapkan masakan, tempat memasak hingga mencuci peralatan-peralatan masak.

"Ada alur yang penting untuk terjaga, karena kalau enggak, enggak enak tiba-tiba kita lagi bergerak terus ada orang lewat karena jalur orang. Jadi dapur secara arsitektur juga mesti diperhatikan posisi-posisinya," ujar lulusan Arsitektur Universitas Indonesia tersebut.

Kulkas berkualitas bagus yang optimal dalam menyimpan bahan makanan agar tetap segar dan tahan lama disebut sebagai salah satu barang di dapur yang penting untuknya. Nicho mengungkapkan ada satu bahan makanan yang masih awet disimpan selama lebih dari dua tahun di kulkasnya.

"Bumbu kering dari Maroko, seperti bumbu campuran untuk ikan, ayam atau daging sapi, itu bumbu dasarnya yang dicampur dalam bentuk bubuk," katanya.

Baca juga: Nicholas Saputra produseri film "Semesta"

Nicholas yang senang melancong ke berbagai tempat juga gemar mencicipi rasa makanan lokal di tempatnya bepergian. Jika ada makanan yang menarik hati, dia sengaja menyempatkan diri untuk mencari bumbu-bumbunya agar bisa dimasak sendiri kelak. Terutama, bila makanan-makanan itu sulit ditemui di Indonesia.

Jiwa petualang Nicho juga tercermin dari caranya mencari inspirasi memasak. Resep-resep dari video tutorial yang bertebaran di dunia maya dia tonton untuk memperkaya daftar masakan yang bisa dibuatnya. Di samping itu, Nicho biasanya mengulik resep dari orang-orang terdekat seperti ibu dan teman-temannya hingga dia mendapatkan resep dan rasa terbaik.

"Karena sebenarnya tutorial YouTube kebanyakan basic-nya saja, tapi karakteristik yang uniknya yang ingin saya angkat itu biasanya dari pengalaman pribadi orang-orang. Jadi, ya kebanyakan tanya teman lalu eksplor sendiri," jelasnya.

Lantas, apakah Nicho tertarik untuk menyuguhkan kemampuannya memasak di hadapan kamera sebagai konten video di internet?

"Enggak, saya mau masak itu menjadi milik saya saja. Karena nanti kalau sudah dibikin pekerjaan, jadi tidak meditatif lagi," tutup dia.

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021