Denpasar (Antara Bali) - Tari joged pingit merupakan salah satu kesenian klasik yang hampir punah dan kini "dihidupkan" kembali melalui pementasan di Kalangan Angsoka, pada arena Pesta Kesenian Bali ke-34 di Taman Budaya Denpasar.
     
Pementasan yang ditampilkan kelompok seni dari Desa Pekraman Tegenungan Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar itu ditampilkan apik oleh lima orang penari dan diiringi 24 penabuh atau pengiring musik tradisional.
     
"Tari joged pingit itu merupakan tari sakral yang dipentaskan pada hari-hari suci di pura yang dipercaya untuk menghilangkan wabah penyakit pada masa dahulu dan melalui penampilan kali ini kami ingin melestarikan dan menghidupkan kembali agar tidak punah," kata ketua kelompok seni, Dewa Putu Kasih, Selasa.
     
Dia mengatakan tari joged pingit itu telah dipentaskan di desanya sejak sekitar tahun 1927 pada masa penjajahan Belanda.
     
Tidak seperti tari joged yang berkembang sekarang seperti tari joged bumbung, penari joged pingit tidak mengundang "pengibing" atau seorang penonton yang ikut menari, melainkan penontonlah yang berinisiatif menari bersama.
     
Dengan diiringi alunan gamelan "tingklik" yang terbuat dari bambu, ditampilkan empat orang penari joged pingit secara bergiliran dengan garak tari yang berkarakter lembut, lincah, dan dinamis.(DWA)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012