Ketua Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) Prof. DR. dr. Andrijono, Sp.OG(K) mengatakan biasanya kanker ovarium stadium dini ditemukan secara kebetulan.
Oleh karena itu, dia mengajak setiap perempuan untuk mewaspadai ancaman kanker ovarium dengan mengenal faktor risiko dan deteksi dini kanker ovarium.
"Gejala kanker ovarium sering kali disalahartikan dengan gejala penyakit lain, sehingga sering luput dari perhatian dan baru ditemukan ketika telah mencapai stadium lanjut. Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani," kata Andrijono dalam webinar kesehatan, Sabtu.
Faktanya ada 20 persen dari kanker ovarium yang sudah terdeteksi pada stadium awal, dan 94 persen pasien stadium awal bisa hidup lebih dari lima tahun setelah didiagnosis, lanjut dia.
Mengingat tidak ada gejala spesifik sebagai penanda awal, dia mengajak kaum hawa untuk lebih waspada terhadap kanker ovarium. Untuk menyebarkan kesadaran mengenai kanker ovarium, Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI), Indonesian Cancer Information & Support System (CISC) bersama AstraZeneca meluncurkan Kampanye 10 Jari.
Kampanye ini dibuat demi mengenal enam faktor risiko serta empat tanda kanker ovarium. Enam risiko kanker ovarium, yakni riwayat kista endometriosis, punya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium dan kanker payudara, mengalami mutasi genetik (contoh BRCA), angka paritas rendah, gaya hidup buruk dan pertambahan usia. Sementara empat tanda kanker ovarium adalah kembung, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil dan nyeri panggul atau perut.
Andrijono menegaskan, gangguan kesehatan bila terdeteksi sedini mungkin akan lebih mudah diobati. Maka, hindarilah rasa takut atau ragu untuk memeriksakan diri bila ada keluhan yang dirasakan. Jika mengalami keluhan tertentu, coba observasi dulu selama satu hingga dua pekan. Jika keluhan itu masih terasa, segera periksakan.
"Kalau keluhan hilang boleh ditunda pemeriksaan, tapi kalau terus berulang, segera periksa. Keluhannya apa saja, batuk, pilek, diare, semua itu keluhan. Batuk pilek bisa jadi (gejala) kanker tenggorokan, kanker mulut, diare bisa jadi (gejala) kanker usus. Kalau ada penyakit yang bertahan, jangan ragu-ragu untuk periksa."
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian nomor 8 akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker ovarium berada di peringkat 3 dari sisi insiden dan tingkat kematian untuk penyakit kanker pada wanita.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Oleh karena itu, dia mengajak setiap perempuan untuk mewaspadai ancaman kanker ovarium dengan mengenal faktor risiko dan deteksi dini kanker ovarium.
"Gejala kanker ovarium sering kali disalahartikan dengan gejala penyakit lain, sehingga sering luput dari perhatian dan baru ditemukan ketika telah mencapai stadium lanjut. Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani," kata Andrijono dalam webinar kesehatan, Sabtu.
Faktanya ada 20 persen dari kanker ovarium yang sudah terdeteksi pada stadium awal, dan 94 persen pasien stadium awal bisa hidup lebih dari lima tahun setelah didiagnosis, lanjut dia.
Mengingat tidak ada gejala spesifik sebagai penanda awal, dia mengajak kaum hawa untuk lebih waspada terhadap kanker ovarium. Untuk menyebarkan kesadaran mengenai kanker ovarium, Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI), Indonesian Cancer Information & Support System (CISC) bersama AstraZeneca meluncurkan Kampanye 10 Jari.
Kampanye ini dibuat demi mengenal enam faktor risiko serta empat tanda kanker ovarium. Enam risiko kanker ovarium, yakni riwayat kista endometriosis, punya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium dan kanker payudara, mengalami mutasi genetik (contoh BRCA), angka paritas rendah, gaya hidup buruk dan pertambahan usia. Sementara empat tanda kanker ovarium adalah kembung, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil dan nyeri panggul atau perut.
Andrijono menegaskan, gangguan kesehatan bila terdeteksi sedini mungkin akan lebih mudah diobati. Maka, hindarilah rasa takut atau ragu untuk memeriksakan diri bila ada keluhan yang dirasakan. Jika mengalami keluhan tertentu, coba observasi dulu selama satu hingga dua pekan. Jika keluhan itu masih terasa, segera periksakan.
"Kalau keluhan hilang boleh ditunda pemeriksaan, tapi kalau terus berulang, segera periksa. Keluhannya apa saja, batuk, pilek, diare, semua itu keluhan. Batuk pilek bisa jadi (gejala) kanker tenggorokan, kanker mulut, diare bisa jadi (gejala) kanker usus. Kalau ada penyakit yang bertahan, jangan ragu-ragu untuk periksa."
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian nomor 8 akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker ovarium berada di peringkat 3 dari sisi insiden dan tingkat kematian untuk penyakit kanker pada wanita.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021