Amlapura (Antara Bali) - Masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, berharap keselamatan hidup dengan menggelar tradisi Ayunan, Kamis.
"Tradisi itu akan terus terpelihara selama masa Usabha Sambah untuk meminta keselamatan kepada Sang Hyang Widi Wasa," kata Jro Mangku Widia selaku pemangku Desa Adat Tenganan Pegringsingan.
Ia sendiri mengakui bahwa asal-usul tradisi Ayunan tersebut sampai sekarang masih siampang-siur. "Asal-usulnya tidak begitu jelas, tapi masyarakat menggelar ritual itu sampai kapan pun selama ada upacara Usabha Sambah," katanya.
Ritual tersebut diikuti oleh belasan gadis belia yang disebut "teruni daa" duduk di atas ayunan. Kemudian di antara teruni daa dipilih salah satu gadis yang belum datang bulan sebagai "teruni daa miik" yang mengenakan mahkota bunga.
"Kalau tidak ada teruni daa miik, maka diganti oleh seorang teruna (laki-laki) yang belum dewasa," kata Mangku Widia.
Para peserta tradisi Ayunan yang mengenakan pakaian adat Bali itu tampak ceria menari dan berayun-ayunan.(*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Tradisi itu akan terus terpelihara selama masa Usabha Sambah untuk meminta keselamatan kepada Sang Hyang Widi Wasa," kata Jro Mangku Widia selaku pemangku Desa Adat Tenganan Pegringsingan.
Ia sendiri mengakui bahwa asal-usul tradisi Ayunan tersebut sampai sekarang masih siampang-siur. "Asal-usulnya tidak begitu jelas, tapi masyarakat menggelar ritual itu sampai kapan pun selama ada upacara Usabha Sambah," katanya.
Ritual tersebut diikuti oleh belasan gadis belia yang disebut "teruni daa" duduk di atas ayunan. Kemudian di antara teruni daa dipilih salah satu gadis yang belum datang bulan sebagai "teruni daa miik" yang mengenakan mahkota bunga.
"Kalau tidak ada teruni daa miik, maka diganti oleh seorang teruna (laki-laki) yang belum dewasa," kata Mangku Widia.
Para peserta tradisi Ayunan yang mengenakan pakaian adat Bali itu tampak ceria menari dan berayun-ayunan.(*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012