Palembang (Antara Bali) - Jumlah dokter untuk melayani pria peminat program Keluarga Berencana sangat minim sehingga turut andil menempatkan kaum wanita sebagai pengguna mayoritas, kata Kepala Bandan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarif.

"Selain anggapan masalah keluarga berencana merupakan urusan wanita, kurangnya dokter untuk melayani KB pria juga turut andil," kata Sugiri dalam Seminar Nasional Pembangunan Berwawasan Kependudukan dalam Era Mileniun Development Goals di Universitas Sriwijaya, Palembang, Senin (21/5).

Pihaknya berupaya mendorong penambahan dokter itu dengan menstimulan para praktisi kesehatan menekuni bidang KB pria. "Berbagai upaya kami lakukan untuk mendorong pembaharuan dalam BKKBN pasca berubah dari Badan Koordinasi menjadi Badan Kependudukan, salah satunya dengan menggalakkan KB pria," ujarnya.

Paradigma kaum perempuan di Indonesia mengenai KB pria juga mempengaruhi minimnya jumlah pengguna kontrasepsi seperti kondom dan vasektomi. Vasektomi menjadi solusi yang tepat untuk kontrasepsi jangka panjang karena melakukan pemotongan saluran sperma.

"Bukan hanya kaum pria yang egois tapi wanita juga. Mereka khawatir jika suami telah ber-KB maka bisa 'jajan' atau selingkuh seenaknya sehingga peminatnya hanya 1,5 persen dari total seluruh peserta," demikian Sugiri.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012