Pria yang mengonsumsi makanan tinggi buah-buahan, sayuran, dan lemak tak jenuh, rendah daging dan produk susu berlemak yang merupakan ciri khas dari diet Mediterania memiliki risiko penurunan disfungsi ereksi di masa depan, ungkap sebuah studi dalam jurnal JAMA Network Open pada November lalu.
Laman Insider pada Jumat melaporkan, dalam studi itu, para peneliti melibatkan 21.469 pria yang berusia antara 40 dan 75 tahun selama 16 tahun. Pada awal penelitian, tidak ada pria yang mengalami disfungsi ereksi atau kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan DE, seperti stroke, diabetes, atau kanker testis.
Mereka diminta mengungkapkan pola makan mereka dan para peneliti menilai mereka berdasarkan seberapa dekat mereka mengikuti diet Mediterania.
Setelah menindaklanjuti para pria setiap empat tahun selama studi, para peneliti menemukan, pria yang mengikuti diet Mediterania paling kecil kemungkinannya untuk mengembangkan disfungsi ereksi, dibandingkan dengan pria yang mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh.
Salah satu batasan besar dari penelitian ini adalah pola makan pria yang dilaporkan sendiri. Mereka mengungkapkan pola makan berdasarkan ingatan mereka, jadi mungkin saja tidak selaras dengan apa yang mereka makan.
Disfungsi ereksi atau DE, menurut pakar urologi di RS Asri, Nur Rasyid merupakan ketidakmampuan ereksi yang terjadi selama tiga bulan lebih dan terus menerus. Dia mengatakan, DE biasanya disebabkan antara lain penyakit diabetes, kolesterol tinggi, gangguan fungsi ginjal dan gaya hidup tak sehat.
Kondisi ini paling sering terjadi pada pria berusia di atas 70 tahun, tetapi semakin banyak pria muda yang melaporkan masalah ini. Para peneliti meyakini temuan ini dapat membantu pria yang lebih muda menentukan perubahan gaya hidup mana yang dapat membantu mereka menghindari DE.
Pada tahun 2019, pakar nutrisi di US News and World Report menyebut diet Mediterania sebagai pola makan terbaik karena sifatnya yang tidak membatasi dan manfaat kesehatannya.
Diet ini memungkinkan orang untuk makan berbagai macam makanan dalam jumlah sedang. Sementara makanan seperti biji-bijian, buah segar, salad, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan salmon adalah makanan pokok dan meningkatkan penurunan berat badan, kesehatan jantung, dan pencegahan diabetes.
Satu studi di bulan Februari lalu menemukan diet Mediterania dapat memperlambat tanda-tanda penuaan dengan mengurangi peradangan dan meningkatkan fungsi otak.
Selain itu, Mayo Clinic mencatat, karena diet ini berfokus pada lemak yang menyehatkan jantung, maka bisa juga menurunkan kolesterol jahat, penyebab utama penyakit jantung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Laman Insider pada Jumat melaporkan, dalam studi itu, para peneliti melibatkan 21.469 pria yang berusia antara 40 dan 75 tahun selama 16 tahun. Pada awal penelitian, tidak ada pria yang mengalami disfungsi ereksi atau kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan DE, seperti stroke, diabetes, atau kanker testis.
Mereka diminta mengungkapkan pola makan mereka dan para peneliti menilai mereka berdasarkan seberapa dekat mereka mengikuti diet Mediterania.
Setelah menindaklanjuti para pria setiap empat tahun selama studi, para peneliti menemukan, pria yang mengikuti diet Mediterania paling kecil kemungkinannya untuk mengembangkan disfungsi ereksi, dibandingkan dengan pria yang mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh.
Salah satu batasan besar dari penelitian ini adalah pola makan pria yang dilaporkan sendiri. Mereka mengungkapkan pola makan berdasarkan ingatan mereka, jadi mungkin saja tidak selaras dengan apa yang mereka makan.
Disfungsi ereksi atau DE, menurut pakar urologi di RS Asri, Nur Rasyid merupakan ketidakmampuan ereksi yang terjadi selama tiga bulan lebih dan terus menerus. Dia mengatakan, DE biasanya disebabkan antara lain penyakit diabetes, kolesterol tinggi, gangguan fungsi ginjal dan gaya hidup tak sehat.
Kondisi ini paling sering terjadi pada pria berusia di atas 70 tahun, tetapi semakin banyak pria muda yang melaporkan masalah ini. Para peneliti meyakini temuan ini dapat membantu pria yang lebih muda menentukan perubahan gaya hidup mana yang dapat membantu mereka menghindari DE.
Pada tahun 2019, pakar nutrisi di US News and World Report menyebut diet Mediterania sebagai pola makan terbaik karena sifatnya yang tidak membatasi dan manfaat kesehatannya.
Diet ini memungkinkan orang untuk makan berbagai macam makanan dalam jumlah sedang. Sementara makanan seperti biji-bijian, buah segar, salad, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan salmon adalah makanan pokok dan meningkatkan penurunan berat badan, kesehatan jantung, dan pencegahan diabetes.
Satu studi di bulan Februari lalu menemukan diet Mediterania dapat memperlambat tanda-tanda penuaan dengan mengurangi peradangan dan meningkatkan fungsi otak.
Selain itu, Mayo Clinic mencatat, karena diet ini berfokus pada lemak yang menyehatkan jantung, maka bisa juga menurunkan kolesterol jahat, penyebab utama penyakit jantung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020