Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra bersama petani melakukan panen perdana padi varietas benih padi M70D atau Moeldoko 70-Day di Subak Buug, Desa Sari Mekar, Buleleng, Bali.

“Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko disebutkan bahwa varietas M70D bisa menghasilkan 8,8 ton dari satu hektare sawah,” kata Wabup Sutjidra setelah panen di desa setempat, Jumat.

Menurut dia, varietas ini memang sangat menjanjikan sehingga nantinya bisa dilakukan intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian agar produksi beras di Buleleng terus meningkat. "Nantinya, Buleleng bisa menjadi lumbung pangan baru di Bali,” jelasnya.

Sebelumnya, tambahnya, di Subag Buug telah dilakukan panen padi dengan varietas lain, namun mengalami kendala cukup banyak. Para petani hanya bisa mendapatkan hasil panen kurang dari 50 persen. Adanya varietas baru ini telah dirasakan manfaatnya oleh para petani.

“Di tengah kondisi lahan yang kritis dimana kekurangan air, varietas M70D tersebut dapat bertahan dengan hasil panen di atas rata-rata,” ujarnya.

Sutjidra yang juga selaku Dewan Pembina HKTI Kabupaten Buleleng ini juga berharap kepada Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng yang bekerja sama dengan HKTI Buleleng agar mempersiapkan kebutuhan bibit M70D kepada para petani di Buleleng.

"Ke depannya kita berharap kesejahteraan petani dapat meningkat juga. Melalui kerja sama dengan HKTI, diharapkan petani dapat merasakan dampak ekonominya,” harapnya.

Baca juga: Wagub Bali kembali ingatkan pentingnya penguatan sektor pertanian

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng I Made Sumiarta setelah panen berlangsung mengatakan bahwa demplot seluas 20 are ini digagas oleh HKTI Buleleng. Hal ini dilakukan untuk mencoba suatu inovasi guna menunjukkan kepada para petani dan sekaligus membandingkan dengan varietas lain yang pernah ditanam.

"Hingga nantinya akan diketahui dengan pasti bahwa padi dengan jenis M70D ini sangat cocok untuk ditanam dimana, seberapa jauh ketahanan terhadap penyakit dan seberapa besar jumlah produksinya,” katanya.

Menurut Sumiarta, percobaan dilakukan di daerah bagian atas atau di wilayah perbukitan,di wilayah bagian tengah, dan di dataran bawah. Atau dicoba di daerah dengan kondisi di daerah air yang melimpah, sedang dan kurang. Penanaman di Subag Buug, dengan ketersediaan air yang terbatas, ternyata hasilnya cukup lumayan dan kurang lebih sekitar 5 ton.

“Jika dibandingkan dengan varietas-varietas lain sudah pasti ini cukup menjanjikan dan sangat potensi untuk dikembangkan,” katanya.

Varietas ini memiliki keunggulan dengan mulai untuk dipanen kurang lebih umur 75 hari sudah dapat dilakukan panen setelah semai, sedangkan varietas lain kurang lebih 100 hari setelah semai baru dapat dilakukan panen.

Baca juga: BI dorong petani Bali manfaatkan sarana pemasaran digital

Inovasi-inovasi Distan kedepan adalah memberikan pemahaman kepada petani bagaimana bertani secara organik. Dengan pemanfaatan produk-produk nabati yang dikenal dengan Pestisida Nabati (Pesnab). Selain itu juga bagaimana pemanfaatan pupuk organik dapat lebih digencarkan lagi.

“Kedepannya juga, saya harapkan kepada HKTI untuk segera mempersiapkan bibit padi M70D ini, mengingat ketika para petani mulai antusias pasti permintaan akan bibit semakin tinggi,” ungkap Made Sumiarta.

Selain itu, Ketua HKTI Buleleng I Ketut Mertaya juga mengatakan bahwa M70D ini bisa panen empat kali dalam setahun. Namun, sesuai kondisi dan situasi panen baru dapat dilakukan setelah 75 hari. HKTI Buleleng akan terus berkoordinasi dengan Kadistan.

“Juga, Wakil Bupati Buleleng selaku Dewan Pembina HKTI agar program ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan,” katanya.

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020