Surabaya (Antara Bali) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengakui mayoritas siswa SMA/SMK/SMA-LB cemas menghadapi ujian nasional karena menerima tantangan, tekanan, dan tuntutan berupa ujian.
"Secara diam-diam, kami melakukan survei terhadap 15 persen siswa SMA peserta UN 2012 dan hasilnya adalah 22,4 persen sangat cemas, 56,0 persen cemas, dan 21,6 persen biasa," katanya saat bersilaturahmi dengan wartawan di Surabaya, Sabtu malam.
Didampingi staf khusus Mendikbud Sukemi, ia menjelaskan hasil itu berkaitan dengan item tentang dorongan belajar yakni 43,7 persen menyatakan UN sangat mendorong belajar, 35,4 persen menyatakan UN mendorong belajar, dan 20,9 persen menyatakan UN tidak mendorong belajar.
"Jadi, tingginya kecemasan itu justru positif, karena kecemasan itulah yang mendorong tingginya pandangan bahwa UN sangat mendorong belajar. Kalau UN mendorong mereka untuk belajar justru UN berhasil, karena UN memang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa," katanya.
Hasil survei lainnya terkait perasaan atau tingkat stres siswa menghadapi UN mencatat 40,5 persen siswa menganggap biasa saja perasaannya menghadapi UN, 40,2 persen menganggap perasaannya tidak biasa, dan 19,3 persen menganggap sangat tidak biasa.
"Karena itu, kami tidak akan mengubah persentase UN dalam menentukan faktor kelulusan dibandingkan dengan ujian sekolah (US) yakni 60 persen UN dan 40 persen US, sebab UN itulah yang akan menjadi separator untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang, bukan sekadar lulus," kata mantan Rektor ITS Surabaya itu.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Secara diam-diam, kami melakukan survei terhadap 15 persen siswa SMA peserta UN 2012 dan hasilnya adalah 22,4 persen sangat cemas, 56,0 persen cemas, dan 21,6 persen biasa," katanya saat bersilaturahmi dengan wartawan di Surabaya, Sabtu malam.
Didampingi staf khusus Mendikbud Sukemi, ia menjelaskan hasil itu berkaitan dengan item tentang dorongan belajar yakni 43,7 persen menyatakan UN sangat mendorong belajar, 35,4 persen menyatakan UN mendorong belajar, dan 20,9 persen menyatakan UN tidak mendorong belajar.
"Jadi, tingginya kecemasan itu justru positif, karena kecemasan itulah yang mendorong tingginya pandangan bahwa UN sangat mendorong belajar. Kalau UN mendorong mereka untuk belajar justru UN berhasil, karena UN memang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa," katanya.
Hasil survei lainnya terkait perasaan atau tingkat stres siswa menghadapi UN mencatat 40,5 persen siswa menganggap biasa saja perasaannya menghadapi UN, 40,2 persen menganggap perasaannya tidak biasa, dan 19,3 persen menganggap sangat tidak biasa.
"Karena itu, kami tidak akan mengubah persentase UN dalam menentukan faktor kelulusan dibandingkan dengan ujian sekolah (US) yakni 60 persen UN dan 40 persen US, sebab UN itulah yang akan menjadi separator untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang, bukan sekadar lulus," kata mantan Rektor ITS Surabaya itu.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012