Presiden RI Joko Widodo menekankan perlunya memelihara kemitraan antara Indonesia-Amerika Serikat, saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis, sedangkan Menteri Luar Negeri AS menyebut Indonesia sebagai contoh kehidupan harmonis dalam beragama.
"Dalam pertemuan tadi Presiden mengatakan bahwa Indonesia bermitra dan berteman baik dengan Amerika. Indonesia menginginkan Amerika sebagai true friend of Indonesia, tapi hal ini tidak bisa take it for granted," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dalam konferensi pers virtual seusai mendampingi Presiden menerima Menlu AS di Bogor, Kamis.
Baca juga: Presiden Amerika Trump sampaikan pesan demokrasi ke Jokowi
Menlu menyampaikan bahwa Presiden Jokowi menyatakan kemitraan Indonesia-AS harus dipelihara, dan untuk memelihara kemitraan tersebut, diperlukan upaya serius, pemahaman satu sama lain, serta upaya menunjukkan kerja sama konkret termasuk di antaranya kerja sama ekonomi.
"Presiden menekankan bahwa Indonesia ingin melihat kerja sama ekonomi kedua negara meningkat di masa yang akan datang, termasuk tentunya harapan terhadap perpanjangan GSP facilities kepada Indonesia," beber Menlu.
Selain itu, kata Menlu, Presiden Jokowi juga menginginkan agar kerjasama pertahanan dengan Amerika serikat meningkat dan presiden ingin melihat Amerika memahami kepentingan negara berkembang serta kepentingan negara-negara muslim
"Selain itu Presiden mengatakan bahwa Indonesia mengimbau Amerika Serikat juga memahami Asia Tenggara dan bersama dengan negara-negara Asia Tenggara mewujudkan perdamaian stabilitas dan kerja sama di kawasan," ujarnya.
Baca juga: Indonesia sambut kebijakan Amerika perpanjangan GSP
Contoh Harmonis
sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menjadikan Indonesia sebagai contoh kehidupan harmonis dalam beragama, seiring dengan dirinya yang mengecam ekstremisme dan kekerasan atas nama keyakinan tertentu.
"Sungguh, tidak ada alasan untuk menyebut Islam tidak dapat tumbuh berdampingan secara damai dengan Kristen atau Buddha. Kita semua tahu bahwa koeksistensi dalam damai dan rasa saling menghormati adalah hal yang mungkin," kata Pompeo dalam dialog bersama Gerakan Pemuda Ansor di Jakarta (29/10).
"Indonesia, sejak Reformasi 1998, telah memberikan contoh positif kepada dunia tentang bagaimana aspek yang berbeda-beda, kelompok etnis yang berbeda-beda, dan juga ideologi yang berbeda-beda dapat hidup bersama dengan damai," ujar Pompeo.
Ia menambahkan bahwa keharmonisan di tengah perbedaan keyakinan akan sulit diterima oleh pihak yang memelintir ajaran Islam demi memberikan pembenaran atas perilaku kekerasan mereka--yang dalam hal ini disebut ISIS sebagai contoh.
Dalam acara yang dipandu oleh Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf dan dihadiri sejumlah tokoh lintas agama itu, Pompeo memuji dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, atas peran mereka menciptakan kebebasan beragama.
"Kelompok seperti NU dan Muhammadiyah merepresentasikan puluhan juta umat Muslim Indonesia yang percaya pada tradisi toleransi dengan demokrasi yang berkembang," kata Menlu AS.
Baca juga: Amerika cabut imbauan ke warganya agar tidak ke luar negeri
Terkait dengan kebebasan beragama, Pompeo menyerukan agar lebih banyak tokoh keagamaan yang berbicara dan menentang diskriminasi serta penindasan terhadap siapa saja yang hak hidupnya, termasuk hak beragamanya dilanggar.
Untuk hal itu, ia menyebut isu Muslim Rohingya di Myanmar dan Muslim Uighur di Xinjiang, China, sebagai masalah pelanggaran hak kemanusiaan yang terkait dengan kebebasan beragama.
Pompeo melakukan lawatan resmi ke negara-negara Asia, pada 25-30 Oktober. Ia telah mengunjungi India, Sri Lanka, Maladewa, kemudian menjalankan agenda selama satu hari di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Pompeo mengawali kunjungan dengan melakukan pertemuan bilateral bersama Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, lalu bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo. Terakhir, ia hadir dalam dialog keagamaan GP Ansor.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Dalam pertemuan tadi Presiden mengatakan bahwa Indonesia bermitra dan berteman baik dengan Amerika. Indonesia menginginkan Amerika sebagai true friend of Indonesia, tapi hal ini tidak bisa take it for granted," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dalam konferensi pers virtual seusai mendampingi Presiden menerima Menlu AS di Bogor, Kamis.
Baca juga: Presiden Amerika Trump sampaikan pesan demokrasi ke Jokowi
Menlu menyampaikan bahwa Presiden Jokowi menyatakan kemitraan Indonesia-AS harus dipelihara, dan untuk memelihara kemitraan tersebut, diperlukan upaya serius, pemahaman satu sama lain, serta upaya menunjukkan kerja sama konkret termasuk di antaranya kerja sama ekonomi.
"Presiden menekankan bahwa Indonesia ingin melihat kerja sama ekonomi kedua negara meningkat di masa yang akan datang, termasuk tentunya harapan terhadap perpanjangan GSP facilities kepada Indonesia," beber Menlu.
Selain itu, kata Menlu, Presiden Jokowi juga menginginkan agar kerjasama pertahanan dengan Amerika serikat meningkat dan presiden ingin melihat Amerika memahami kepentingan negara berkembang serta kepentingan negara-negara muslim
"Selain itu Presiden mengatakan bahwa Indonesia mengimbau Amerika Serikat juga memahami Asia Tenggara dan bersama dengan negara-negara Asia Tenggara mewujudkan perdamaian stabilitas dan kerja sama di kawasan," ujarnya.
Baca juga: Indonesia sambut kebijakan Amerika perpanjangan GSP
Contoh Harmonis
sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menjadikan Indonesia sebagai contoh kehidupan harmonis dalam beragama, seiring dengan dirinya yang mengecam ekstremisme dan kekerasan atas nama keyakinan tertentu.
"Sungguh, tidak ada alasan untuk menyebut Islam tidak dapat tumbuh berdampingan secara damai dengan Kristen atau Buddha. Kita semua tahu bahwa koeksistensi dalam damai dan rasa saling menghormati adalah hal yang mungkin," kata Pompeo dalam dialog bersama Gerakan Pemuda Ansor di Jakarta (29/10).
"Indonesia, sejak Reformasi 1998, telah memberikan contoh positif kepada dunia tentang bagaimana aspek yang berbeda-beda, kelompok etnis yang berbeda-beda, dan juga ideologi yang berbeda-beda dapat hidup bersama dengan damai," ujar Pompeo.
Ia menambahkan bahwa keharmonisan di tengah perbedaan keyakinan akan sulit diterima oleh pihak yang memelintir ajaran Islam demi memberikan pembenaran atas perilaku kekerasan mereka--yang dalam hal ini disebut ISIS sebagai contoh.
Dalam acara yang dipandu oleh Katib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf dan dihadiri sejumlah tokoh lintas agama itu, Pompeo memuji dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, atas peran mereka menciptakan kebebasan beragama.
"Kelompok seperti NU dan Muhammadiyah merepresentasikan puluhan juta umat Muslim Indonesia yang percaya pada tradisi toleransi dengan demokrasi yang berkembang," kata Menlu AS.
Baca juga: Amerika cabut imbauan ke warganya agar tidak ke luar negeri
Terkait dengan kebebasan beragama, Pompeo menyerukan agar lebih banyak tokoh keagamaan yang berbicara dan menentang diskriminasi serta penindasan terhadap siapa saja yang hak hidupnya, termasuk hak beragamanya dilanggar.
Untuk hal itu, ia menyebut isu Muslim Rohingya di Myanmar dan Muslim Uighur di Xinjiang, China, sebagai masalah pelanggaran hak kemanusiaan yang terkait dengan kebebasan beragama.
Pompeo melakukan lawatan resmi ke negara-negara Asia, pada 25-30 Oktober. Ia telah mengunjungi India, Sri Lanka, Maladewa, kemudian menjalankan agenda selama satu hari di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, Pompeo mengawali kunjungan dengan melakukan pertemuan bilateral bersama Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, lalu bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo. Terakhir, ia hadir dalam dialog keagamaan GP Ansor.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020