Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan penyelesaian empat bendungan baru pada akhir Desember 2020 dalam rangka mendukung ketahanan air dan pangan nasional.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun meter kubik per tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar meter kubik per tahun di mana yang sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar meter kubik per tahun untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan dan irigasi.
“Namun dengan potensi tersebut, keberadaannya tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air baru," ujar Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dengan begitu, lanjut Menteri PUPR, pada musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk menambah tampungan air.
Baca juga: Gubernur Koster letakkan batu pertama Bendungan Tamblang-Buleleng
Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengungkapkan empat bendungan yang merupakan Program Strategis Nasional (PSN) Pemerintah yang akan rampung pada akhir Desember 2020.
"Melalui percepatan pelaksanaan pekerjaan, empat bendungan yang akan selesai tersebut adalah Bendungan Tapin, Tukul, Napun Gete, dan Passeloreng," kata Jarot.
Bendungan pertama yang telah rampung 100 persen konstruksinya, yakni Bendungan Paselloreng dengan luas genangan 1.892 hektare dan kapasitas tampung 138 juta m3 untuk mengairi 8.510 hektare sawah. Pembangunannya dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya – PT. Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya konstruksi Rp753,4 miliar.
Bendungan lainnya yang juga akan rampung pada Desember 2020 berada di Provinsi Jawa Timur yakni, Bendungan Tukul dengan daya tampung 8.68 juta meter kubik diproyeksikan untuk untuk mensuplai irigasi seluas 600 hektare dan air baku 300 liter per detik. Pembangunan bendungan Tukul dimulai sejak 2013 dengan kontraktor PT. Brantas Abipraya dan biaya konstruksi sebesar Rp904 miliar.
Bendungan lainnya yang ditargetkan akan selesai pada Desember 2020 adalah Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang memiliki kapasitas tampung 56,77 meter kubik. Layanan irigasi yang diberikan utamanya di Kabupaten Tapin sebesar 5.472 hektar.
Baca juga: Daerah sekitar Bendungan Sidan Badung bakal dijadikan kawasan wisata
Terakhir adalah Bendungan Napun Gete yang berada di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang rencananya sudah dapat dilakukan pengisian air (impounding) pada Desember 2020. Diharapkan dengan selesainya bendungan ini nanti dapat mengurangi kerentanan ekonomi akibat kelangkaan air.
Menurut Jarot penyelesaian pembangunan bendungan merupakan salah satu upaya struktural dalam pengelolaan air dan pengurangan risiko banjir, disamping adanya upaya non struktural/non fisik seperti sinergi antar Kementerian/Lembaga dan komunitas peduli sungai, penghijauan kawasan hulu sungai serta edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun meter kubik per tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar meter kubik per tahun di mana yang sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar meter kubik per tahun untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan dan irigasi.
“Namun dengan potensi tersebut, keberadaannya tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air baru," ujar Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dengan begitu, lanjut Menteri PUPR, pada musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk menambah tampungan air.
Baca juga: Gubernur Koster letakkan batu pertama Bendungan Tamblang-Buleleng
Sementara itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengungkapkan empat bendungan yang merupakan Program Strategis Nasional (PSN) Pemerintah yang akan rampung pada akhir Desember 2020.
"Melalui percepatan pelaksanaan pekerjaan, empat bendungan yang akan selesai tersebut adalah Bendungan Tapin, Tukul, Napun Gete, dan Passeloreng," kata Jarot.
Bendungan pertama yang telah rampung 100 persen konstruksinya, yakni Bendungan Paselloreng dengan luas genangan 1.892 hektare dan kapasitas tampung 138 juta m3 untuk mengairi 8.510 hektare sawah. Pembangunannya dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya – PT. Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya konstruksi Rp753,4 miliar.
Bendungan lainnya yang juga akan rampung pada Desember 2020 berada di Provinsi Jawa Timur yakni, Bendungan Tukul dengan daya tampung 8.68 juta meter kubik diproyeksikan untuk untuk mensuplai irigasi seluas 600 hektare dan air baku 300 liter per detik. Pembangunan bendungan Tukul dimulai sejak 2013 dengan kontraktor PT. Brantas Abipraya dan biaya konstruksi sebesar Rp904 miliar.
Bendungan lainnya yang ditargetkan akan selesai pada Desember 2020 adalah Bendungan Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang memiliki kapasitas tampung 56,77 meter kubik. Layanan irigasi yang diberikan utamanya di Kabupaten Tapin sebesar 5.472 hektar.
Baca juga: Daerah sekitar Bendungan Sidan Badung bakal dijadikan kawasan wisata
Terakhir adalah Bendungan Napun Gete yang berada di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang rencananya sudah dapat dilakukan pengisian air (impounding) pada Desember 2020. Diharapkan dengan selesainya bendungan ini nanti dapat mengurangi kerentanan ekonomi akibat kelangkaan air.
Menurut Jarot penyelesaian pembangunan bendungan merupakan salah satu upaya struktural dalam pengelolaan air dan pengurangan risiko banjir, disamping adanya upaya non struktural/non fisik seperti sinergi antar Kementerian/Lembaga dan komunitas peduli sungai, penghijauan kawasan hulu sungai serta edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020