Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menyosialisasikan dan menggaungkan keberadaan 'Jalur Rempah' kepada masyarakat, khususnya kepada generasi muda dan jalur rempat ditargetkan pada tahun 2024, akan dinominasikan menjadi warisan dunia yang diakui oleh UNESCO.
"Jalur Rempah sebagai sejarah tidak boleh ditelan perkembangan zaman. Harapan kami dalam program ini, kedepannya adalah kami ingin sekali jalur rempah ini bukan hanya untuk kepentingan sejarah yang sifatnya masa lalu, tetapi juga untuk zaman sekarang," ujar Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dalam keterangan resmi yang diterima di Kota Denpasar, Bali, Rabu.
Hilmar Farid mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini, kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan jalur rempah adalah telah melakukan pendataan, riset mengumpulkan hasil-hasil dan temuan-temuan di lapangan mengenai sejarah dan mengumpulkan data.
Baca juga: Kemendikbud dan "Google Institute" lakukan digitalisasi wayang
Pihaknya berharap, potensi rempah yang dimiliki saat ini, akan memiliki kontribusi terhadap kesehatan global seperti yang sudah dilakukan selama ratusan tahun sebelumnya dengan khas yang bermacam macam seperti dapat digunakan baik dalam makanan, pengobatan herbal dan lainnya.
"Tidak seperti tambang yang semakin digali semakin habis, kalau budaya semakin digali semakin banyak yang keluar, jadi ini saya kira untuk masa depan Indonesia," kata Hilmar Farid.
Ia menambahkan, di tengah masa pandemi COVID-19 atau virus Corona seperti saat ini, rempah-rempah juga memiliki banyak manfaat seperti untuk meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat yang mengonsumsinya.
Selain itu, saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mulai melirik pelaksanaan Festival Kepulauan Rempah yang tahun lalu telah diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara, dalam rangka merefleksi kembali jalur rempah dalam suatu kegiatan festival.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Jalur Rempah sebagai sejarah tidak boleh ditelan perkembangan zaman. Harapan kami dalam program ini, kedepannya adalah kami ingin sekali jalur rempah ini bukan hanya untuk kepentingan sejarah yang sifatnya masa lalu, tetapi juga untuk zaman sekarang," ujar Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dalam keterangan resmi yang diterima di Kota Denpasar, Bali, Rabu.
Hilmar Farid mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini, kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan jalur rempah adalah telah melakukan pendataan, riset mengumpulkan hasil-hasil dan temuan-temuan di lapangan mengenai sejarah dan mengumpulkan data.
Baca juga: Kemendikbud dan "Google Institute" lakukan digitalisasi wayang
Pihaknya berharap, potensi rempah yang dimiliki saat ini, akan memiliki kontribusi terhadap kesehatan global seperti yang sudah dilakukan selama ratusan tahun sebelumnya dengan khas yang bermacam macam seperti dapat digunakan baik dalam makanan, pengobatan herbal dan lainnya.
"Tidak seperti tambang yang semakin digali semakin habis, kalau budaya semakin digali semakin banyak yang keluar, jadi ini saya kira untuk masa depan Indonesia," kata Hilmar Farid.
Ia menambahkan, di tengah masa pandemi COVID-19 atau virus Corona seperti saat ini, rempah-rempah juga memiliki banyak manfaat seperti untuk meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat yang mengonsumsinya.
Selain itu, saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mulai melirik pelaksanaan Festival Kepulauan Rempah yang tahun lalu telah diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara, dalam rangka merefleksi kembali jalur rempah dalam suatu kegiatan festival.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020