Studio "Putra Art" di Banjar Negari Singapadu Tengah, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, memajang patung-patung dengan genre klasik milik seniman patung, I Dewa Gede Soma Wijaya.

"Patung dengan gaya jadul dan klasik itu artistik," kata seniman patung Dewa Soma yang tergabung dalam Grup Galang Kangin itu saat menceritakan pembuatan patung hasil karyanya yang berbeda dari yang lain itu di studionya di Sukawati, Gianyar, Rabu.

Menurut dia, patung di Putra Art menggunakan gaya klasik tempo dulu yang sudah begitu sulit dicari saat ini, untuk memodifikasi karya tempo dulu agar terlihat lebih menarik dan dapat dipadukan dengan gaya masa kini, namun tidak meninggalkan ciri khas lamanya.

"Patung yang kami buat saat ini adalah patung gaya klasik tempo dulu yang sudah dimodifikasi. Kecenderungan ini tidak selalu monoton, bergantung bagaimana patung tersebut difungsikan," katanya.

Baca juga: Buleleng akan bangun "Soekarno Heritage"

Dulu, patung hanya difungsikan sebagai sarana pemujaan sehingga saat itu mengutamakan patung dewa-dewi, namun saat ini, patung bukan hanya sebagai sarana pemujaaan, tetapi juga sebagai dekorasi, karena itu gaya dan patung yang dijual di Putra Art saat ini banyak mengalami modifikasi tergantung selera konsumen.

"Ya tentu saja karena lingkungan. Daerah tempat saya tinggal sangat terkenal sekali dengan kerajinan patungnya, karena itu lingkunganlah yang membentuk potensi saya, dan saya begitu gencar mengembangkan potensi saya," katanya.

Seniman yang melanjutkan pendidikan ke jenjang kejuruan mengambil jurusan seni ukir dan jenjang pendidikan tinggi mengambil jurusan seni itu mengaku telah menempuh pendidikan mulai kejuruan hingga perguruan tinggi dengan senang.

"Dukungan keluarga dan lingkungan membentuk karakteristik keseniman saya," kata seniman yang banyak menerima penghargaan itu.

Ia mengaku kurang suka dengan patung yang mendekati ogoh ogoh, karena dibuat sesuai dengan pesanan. "Patung yang seperti ogoh-ogoh itu tidak sesuai dengan pakem dan juga uger-uger, karena karakteristik patung tidak sebebas ogoh-ogoh. Bentuk patung begitu  terbatas, sedangkan bentuk ogoh-ogoh begitu bebas," katanya.

Baca juga: Patung berbahan plastik hiasi Taman Kumbasari Tukad Badung

Ditanya tentang respons masyarakat terhadap karyanya, ia mengaku saat ini sangat baik, namun semuanya terjadi bukan tanpa perjuangan. "Diawal penjualan banyak sekali tantangan, tetapi saya tidak menyerah, melainkan menjadi pemicu semangat berkarya. Selalu berinovasi dan kreasi adalah motto saya," katanya.

Terkait masa pandemi COVID-19, ia menambahkan permintaan karyanya memang ada sedikit penurunan, namun tidak begitu signifikan, karena permintaan yang mengalami penurunan adalah permintaan dari luar negeri, sedangkan permintaaan dari konsumen lokal masih tetap berjalan dengan normal.


 

Pewarta: Dewa Sentana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020