Washington (Antara Bali) - Dua ledakan yang menghasilkan cahaya terang di permukaan Matahari memicu badai geomagnetik dan radiasi terbesar yang pernah dihadapi Bumi dalam lima tahun, kata beberapa ahli cuaca antariksa, Rabu (7/3).

Badai tersebut, yang diperkirakan sampai ke Bumi Kamis pagi waktu AS dan berlangsung sampai Jumat, bisa mengganggu pasokan listrik, sistem GPS dan satelit, serta sudah memaksa beberapa perusahaan penerbangan mengubah jalur mereka di sekitar wilayah kutub.

Selain kemungkinan gangguan terhadap barang elektronik paling berharga di Bumi, peristiwa tersebut juga diduga memberi orang yang pada malam hari memandang ke langit di beberapa bagian Asia Tengah pemandangan aurora borealis, atau cahaya utara, pada Kamis malam.

"Cuaca antariksa telah menjadi sangat menarik selama 24 jam belakangan," kata Joseph Kunches, ilmuwan cuaca antariksa di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), sebagaimana dikutip AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis pagi.

Kehebohan itu berawal Ahad larut malam di satu wilayah aktif di Matahari yang dikenal sebagai 1429; ada letupan api besar Matahari yang berkaitan dengan semburan plasma dan angin Matahari yang dikenal sebagai penyemburan massa korona (CME) yang meluncur ke arah Bumi dengan kecepatan empat juta mil (6.4 juta kilometer) per jam.

Letupan lain di Matahari dan CME terjadi pada pukul 00:24 GMT (07:24 WIB) pada 7 Maret, sehingga memicu badai radiasi kuat magnetik dan Matahari, keduanya berada pada tingkat tiga dalam skala lima tingkat.(LHS/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012