Pelaku pariwisata di Kabupaten Buleleng, Bali, siap menyambut pemberlakuan "Normal Baru" (new normal) di Bali namun berharap protokol pencegahan COVID-19 benar-benar dilaksanakan dengan baik.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) Buleleng Dewa Ketut Suardipa di Singaraja, Rabu, mengatakan hotel dan restoran di Buleleng siap menyongsong "Normal Baru", karena waktu istirahat selama dua bulan sudah banyak dimanfaatkan untuk berbenah, baik dari sisi sarana maupun pelayanan
"Selama dua bulan ini, kami sudah berbenah, staf juga dilatih melalui training online tentang protokol kesehatan, mereka pasti menata hotelnya. Jangan khawatir, kami di hotel dan restoran punya protokol COVID-19. Karena kami juga tidak mau ada imported case lagi," katanya.
Namun begitu, Dewa Suardipa tetap meminta pemberlakuan "Normal Baru" itu tidak seperti memakan buah simalakama. "Di satu sisi, kami diberi kesempatan membuka usaha seperti restoran, kafe, bar, tetapi di sisi lain justru penerbangan ke Bali belum ada. Jangan sampai kami buka, tetapi tidak ada wisatawan yang berkunjung. Kan operasionalnya menjadi membengkak," ujarnya.
"Jika "Normal Baru" diberlakukan, kami minta protokol pencegahan COVID-19 benar-benar dilaksanakan. Wisatawan yang masuk ke Bali diwajibkan menjalani swab dulu di bandara. Kalau negatif, barulah diperbolehkan masuk ke Bali, termasuk hotel, restoran, kafe, tetap menjalankan protokol pencegahan COVID-19. Jadi ada jaminan bagi wisatawan jika berkunjung ke Bali itu aman dari corona," katanya.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana berharap Pemrpov Bali, kabupaten dan pelaku pariwisata duduk bersama untuk membahas persiapan dibukanya pariwisata ke Bali, sebab secara implisit semua pelaku pariwisata sudah sangat siap untuk menerima kunjungan wisatawan ke Bali.
"Saat Normal Baru juga harus dibuka kemungkinan terdapat CSR dari pelaku pariwisata yang ingin menyumbang alat swab metode PCR agar dipasang di bandara, sehingga tidak semua beban ada di pemerintah. Yang punya hotel besar-besar di Bali kan bisa aja bantu CSR untuk beli alat swab di bandara. Ruangnya harus dibuka. Ada keinginan untuk menerima tamu lagi, menghidupkan ekonomi masyarakat Bali dari pariwisata, saya rasa mereka tidak ada masalah untuk berdonasi. Daripada mereka tutup, sepertinya mereka siap," katanya.
Khusus di Buleleng, Suradnyana juga telah menyiapkan standar untuk memastikan di wilayah mana saja wisatawan boleh berkunjung. "Kami akan buat standar keamanan berdasarkan database serta zona-zona mana yang boleh dan tidak boleh dikunjungi, seperti wilayah Bondalem, misalnya, ya tidak saya izinkan untuk dikunjungi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) Buleleng Dewa Ketut Suardipa di Singaraja, Rabu, mengatakan hotel dan restoran di Buleleng siap menyongsong "Normal Baru", karena waktu istirahat selama dua bulan sudah banyak dimanfaatkan untuk berbenah, baik dari sisi sarana maupun pelayanan
"Selama dua bulan ini, kami sudah berbenah, staf juga dilatih melalui training online tentang protokol kesehatan, mereka pasti menata hotelnya. Jangan khawatir, kami di hotel dan restoran punya protokol COVID-19. Karena kami juga tidak mau ada imported case lagi," katanya.
Namun begitu, Dewa Suardipa tetap meminta pemberlakuan "Normal Baru" itu tidak seperti memakan buah simalakama. "Di satu sisi, kami diberi kesempatan membuka usaha seperti restoran, kafe, bar, tetapi di sisi lain justru penerbangan ke Bali belum ada. Jangan sampai kami buka, tetapi tidak ada wisatawan yang berkunjung. Kan operasionalnya menjadi membengkak," ujarnya.
"Jika "Normal Baru" diberlakukan, kami minta protokol pencegahan COVID-19 benar-benar dilaksanakan. Wisatawan yang masuk ke Bali diwajibkan menjalani swab dulu di bandara. Kalau negatif, barulah diperbolehkan masuk ke Bali, termasuk hotel, restoran, kafe, tetap menjalankan protokol pencegahan COVID-19. Jadi ada jaminan bagi wisatawan jika berkunjung ke Bali itu aman dari corona," katanya.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana berharap Pemrpov Bali, kabupaten dan pelaku pariwisata duduk bersama untuk membahas persiapan dibukanya pariwisata ke Bali, sebab secara implisit semua pelaku pariwisata sudah sangat siap untuk menerima kunjungan wisatawan ke Bali.
"Saat Normal Baru juga harus dibuka kemungkinan terdapat CSR dari pelaku pariwisata yang ingin menyumbang alat swab metode PCR agar dipasang di bandara, sehingga tidak semua beban ada di pemerintah. Yang punya hotel besar-besar di Bali kan bisa aja bantu CSR untuk beli alat swab di bandara. Ruangnya harus dibuka. Ada keinginan untuk menerima tamu lagi, menghidupkan ekonomi masyarakat Bali dari pariwisata, saya rasa mereka tidak ada masalah untuk berdonasi. Daripada mereka tutup, sepertinya mereka siap," katanya.
Khusus di Buleleng, Suradnyana juga telah menyiapkan standar untuk memastikan di wilayah mana saja wisatawan boleh berkunjung. "Kami akan buat standar keamanan berdasarkan database serta zona-zona mana yang boleh dan tidak boleh dikunjungi, seperti wilayah Bondalem, misalnya, ya tidak saya izinkan untuk dikunjungi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020