Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengaku, dirinya sering dituduh mengabaikan pembangunan sektor pertanian, akibat anak-anak muda di daerah ini tidak lagi tertarik menggeluti sektor tersebut.
"Pengembangan sistem pertanian terpadu (Simantri) diharapkan mampu menangkal tuduhan mengabaikan sektor pertanian, karena lewat program terobosan itu mampu menggairahkan kembali anak-anak muda terjun ke bidang pertanian," kata Gubernur Bali, Mangku Pastika di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, program rintisan itu dilakukan sejak tahun 2009 yang hingga 2011 sudah terbentuk 250 unit Simantri. Tahun ini ditargetkan dibangun 100 unit, sehingga total nantinya menjadi 350 unit Simantri.
Masing-masing unit mendapat kucuran dana sebesar Rp200 juta yang diarahkan untuk pengadaan 20 ekor bibit sapi, bibit ayam, bibit pertanian, perkebunan, ikan dan bibit tanaman kehutanan.
Guru besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia MS dalam kesempatan terpisah menilai, pembangunan sektor pertanian di Bali hampir tidak mengalami perkembangan (stagnan), karena kontribusinya terhadap pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) sangat rendah.
Kondisi itu jauh berbeda dengan perkembangan sektor pariwisata yang melaju pesat, yakni tumbuh di atas tujuh persen. Hal itu akibat kurangnya perhatian pemerintah, padahal sektor pertanian mampu menyerap 30,87 persen atau 672.204 orang dari jumlah tenaga kerja di Pulau Dewata.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Pengembangan sistem pertanian terpadu (Simantri) diharapkan mampu menangkal tuduhan mengabaikan sektor pertanian, karena lewat program terobosan itu mampu menggairahkan kembali anak-anak muda terjun ke bidang pertanian," kata Gubernur Bali, Mangku Pastika di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, program rintisan itu dilakukan sejak tahun 2009 yang hingga 2011 sudah terbentuk 250 unit Simantri. Tahun ini ditargetkan dibangun 100 unit, sehingga total nantinya menjadi 350 unit Simantri.
Masing-masing unit mendapat kucuran dana sebesar Rp200 juta yang diarahkan untuk pengadaan 20 ekor bibit sapi, bibit ayam, bibit pertanian, perkebunan, ikan dan bibit tanaman kehutanan.
Guru besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia MS dalam kesempatan terpisah menilai, pembangunan sektor pertanian di Bali hampir tidak mengalami perkembangan (stagnan), karena kontribusinya terhadap pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) sangat rendah.
Kondisi itu jauh berbeda dengan perkembangan sektor pariwisata yang melaju pesat, yakni tumbuh di atas tujuh persen. Hal itu akibat kurangnya perhatian pemerintah, padahal sektor pertanian mampu menyerap 30,87 persen atau 672.204 orang dari jumlah tenaga kerja di Pulau Dewata.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012