Denpasar (Antara Bali) - Festival Budaya Pertanian digelar di areal Jembatan Tukad Bangkung, Kabupaten Badung, yang merupakan jembatan tertinggi di Asia, pada pertengahan bulan Juli 2012.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Badung, Anak Agung Gede Raka Yuda, di Denpasar, Selasa, mengatakan, acara tersebut digelar untuk menciptakan keseimbangan pembangunan fisik di kawasan utara dan selatan daerah itu.
"Kawasan selatan Badung selalu menjadi aspirasi dan apresiasi publik, sedangkan wilayah utara sudah memberikan dampak ekologis yang luar biasa dalam bentuk tata air dan udara yang mengalir secara alami," katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Badung IGAK Sudaratmaja menjelaskan bahwa masyarakat pegunungan sangat akrab dengan tradisi yang bercirikan "linggayat" atau ritual yang memanfaatkan keberadaan lingga dan yoni sebagai sarana pemujaan dengan orientasi kesuburan dan kemakmuran.
"Upacara tersebut dilaksanakan dengan sarana upacara khusus dengan menyajikan `pelupuhan babi` yang terdiri dari nasi sasahan yang disajikan di atas daun telujungan yang dipersembahkan kepada Dewa Wisnu lambang kesuburan dan kemakmuran," katanya.
Sehari setelahnya, masyarakat mendapatkan air yang sebelumnya dipakai membasuh lingga. "Tirta inilah kemudian dipercikkan di sawah atau tegalan dengan harapan hasil panen akan berlimpah," katanya.
Raka Yuda menambahkan bahwa Festival Budaya Pertanian mengandung dimensi spirit budaya pertanian, konservasi ekologi, dan regulasi ekonomi.
Jembatan Tukad Bangkung berlokasi di Desa Plaga, Kecamatan Petang, dan diresmikan penggunaannya pada 19 Desember 2006. Jembatan yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Badung, Bangli, dan Buleleng itu menjadi jembatan terpanjang di Bali dan diklaim sebagai tertinggi di Asia.
Panjang jembatan itu mencapai 360 meter, lebar 9,6 meter dengan pilar tertinggi mencapai 71,14 meter dan pondasi pilar 41 meter di dalam tanah. Jembatan itu berteknologi "balanced cantilever" dengan perkiraan usia pakai selama 100 tahun.(M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Badung, Anak Agung Gede Raka Yuda, di Denpasar, Selasa, mengatakan, acara tersebut digelar untuk menciptakan keseimbangan pembangunan fisik di kawasan utara dan selatan daerah itu.
"Kawasan selatan Badung selalu menjadi aspirasi dan apresiasi publik, sedangkan wilayah utara sudah memberikan dampak ekologis yang luar biasa dalam bentuk tata air dan udara yang mengalir secara alami," katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Badung IGAK Sudaratmaja menjelaskan bahwa masyarakat pegunungan sangat akrab dengan tradisi yang bercirikan "linggayat" atau ritual yang memanfaatkan keberadaan lingga dan yoni sebagai sarana pemujaan dengan orientasi kesuburan dan kemakmuran.
"Upacara tersebut dilaksanakan dengan sarana upacara khusus dengan menyajikan `pelupuhan babi` yang terdiri dari nasi sasahan yang disajikan di atas daun telujungan yang dipersembahkan kepada Dewa Wisnu lambang kesuburan dan kemakmuran," katanya.
Sehari setelahnya, masyarakat mendapatkan air yang sebelumnya dipakai membasuh lingga. "Tirta inilah kemudian dipercikkan di sawah atau tegalan dengan harapan hasil panen akan berlimpah," katanya.
Raka Yuda menambahkan bahwa Festival Budaya Pertanian mengandung dimensi spirit budaya pertanian, konservasi ekologi, dan regulasi ekonomi.
Jembatan Tukad Bangkung berlokasi di Desa Plaga, Kecamatan Petang, dan diresmikan penggunaannya pada 19 Desember 2006. Jembatan yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Badung, Bangli, dan Buleleng itu menjadi jembatan terpanjang di Bali dan diklaim sebagai tertinggi di Asia.
Panjang jembatan itu mencapai 360 meter, lebar 9,6 meter dengan pilar tertinggi mencapai 71,14 meter dan pondasi pilar 41 meter di dalam tanah. Jembatan itu berteknologi "balanced cantilever" dengan perkiraan usia pakai selama 100 tahun.(M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012