Pasar seni Guwang, Kabupaten Gianyar mengalami penurunan kunjungan atau sepi pembeli secara drastis, terutama akibat menghilangnya turis asal China, namun para pedagang mengaku bisa memahami kondisi kelesuan pengunjung dari pada sektor pariwisata dan ekonomi daerah secara menyeluruh rusak jika wabah virus Corona melanda Bali.
“Rata-rata 40 bus per hari membawa rombongan turis China datang ke pasar Guwang, tapi sekarang sepi, tak ada satu pun bus rombongan turis China yang datang,” kata Wayan Suwiryo, salah satu petugas parkir di pasar seni Guwang, Gianyar, Kamis.
Pasar seni Guwang memiliki lahan parkir yang luas dan mampu menampung banyak bus turis menjadi alternatif bagi turis yang mau membeli kerajinan khas Bali seperti baju, ukiran dan lukisan, selain pasar seni Sukowati.
Jarak antara pasar seni Guwang dan pasar seni Sukawati sekitar 500 meter. Tapi pasar seni Sukawati tidak memiliki parkir kendaraan yang luas, dan cocok untuk kendaraan kecil yang membawa turis diarahkan ke sana. Untuk rombongan turis besar dan menggunakan bus biasanya diarahkan ke pasar seni Guwang.
Menurut dia, sudah dua minggu belakangan ini, tidak ada satu pun bus membawa turis China ke pasar Guwang. Sebelum wabah virus Corona menjadi momok dunia muncul, bus-bus yang membawa turis China terpaksa parkir di jalan raya Guwang karena halaman parkir pasar sudah tidak dapat menampung .
“Sering kali Jalan raya Guwang dibuat satu arah agar tidak menimbulkan kemacetan karena banyak bus-bus yang membawa turis China parkir di jalan raya,” tambah Wayan Suwiryo.
Made Sumiti, salah seorang pedagang, mengakui sejak wabah virus Corona muncul di China dan berbagai negara, jumlah pengunjung pasar seni Guwang merosot drastis. “Lihat sendiri pasar sekarang sepi. Dampak larangan pemerintah China agar warganya tidak bepergian ke luar negeri sangat terasa di pasar seni Guwang ini,” katanya.
“Kami terbantu dengan kedatangan turis lokal,” tambah Made Sumiti.
Baca juga: Bupati Tabanan: Turis ke Tanah Lot tak pernah sepi meski ada wabah virus
Menurut dia, turis asal China biasanya membeli baju, kaos, penangkap mimpi atau dream catcher, patung ukiran. “Turis China biasanya membeli baju dan kaos khas Bali Cuma untuk dipakai sendiri, kalo turis lokal beli baju jumlahnya banyak karena oleh-oleh untuk anak, saudara, tetangga bahkan untuk pembantu,” tambah dia.
Made Sumiti mengaku bisa memahami dan lebih baik pasar seni Guwang sepi pembeli akibat tidak ada turis China ke Bali. “Daripada wabah virus Corona melanda Bali, yang rusak dan rugi bukan hanya sektor pariwisata saja, tapi seluruh ekonomi daerah dan masyarakat akan lesu, bahkan mati. Yang lebih parah, kesehatan warga juga terancam jika virus Corona sudah masuk ke Bali ini,” katanya.
Ketut Kartana, seorang pedagang lukisan di pasar seni Guwang, juga mengakui pengunjung dan pembeli di pasar menurun drastis akibat hilangnya turis asal China. “Dampaknya sangat terasa dengan tidak adanya turis China,” katanya.
Ia mengaku turis asal China tidak banyak membeli lukisan, tapi ada saja satu dua turis China membeli lukisan, baik untuk pajangan seni di rumah atau di kantornya, dan ada juga untuk menambah koleksi lukisannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020