Presiden Joko Widodo mengajak Australia untuk mengembangkan energi terbarukan sekaligus bahu-membahu dalam pelestarian alam.

"Kita harus bahu-membahu bagi pelestarian alam dan pembangunan yang berkelanjutan, reboisasi hutan dan daerah hulu sungai, mencegah kebakaran hutan dan lahan, berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon serta pengembangan energi terbarukan dan green technology lainnya," kata Presiden Joko Widodo di gedung Parlemen, Canberra, Australia, Senin.

Selama sekitar 16 menit, Presiden Jokowi menyampaikan pidato dalam bahasa Indonesia di hadapan dua kubu parlemen yaitu dari koalisi Partai Liberal dan koalisi Partai Buruh. Sebelum Presiden berpidato, ketua partai Liberal sekaligus PM Australia Scott Morrison serta Ketua Partai Buruh Australia Anthony Albanese juga menyampaikan pidato mengenai Indonesia dan sosok Presiden Jokowi.



Presiden Joko Widodo adalah kepala negara ke-12 yang diberikan kesempatan bicara di hadapan parlemen dalam sejarah Australia dan menjadi yang pertama untuk berbicara pada 2020.

"Tanggal 2 Februari yang lalu, satu pleton Zeni dari TNI, serta sejumlah personel dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana meninggalkan Indonesia menuju New South Wales. Satu tujuan mereka bekerja bahu-membahu dengan rakyat Australia untuk menangani kebakaran hutan di Australia dan di saat yang sama tim Indonesia dan Australia juga sedang membahas penjajagan kerja sama untuk modifikasi cuaca," tutur Presiden menambahkan.

Rencana Indonesia untuk membangun ibu kota baru menurut Presiden juga adalah salah satu bagian dari komitmen ini.

"Smart city, smart metropolis, green technology yang berharmoni dengan lingkungan alam dan sekaligus sebagai bagian dari upaya transformasi ekonomi berbasis inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi," ungkap Presiden.

Selain itu, Presiden juga meminta agar Indonesia dan Australia harus menjadi jangkar mitra pembangunan di kawasan Pasifik.



"Indonesia memahami tantangan pembangunan di kawasan Pasifik sebagai sesama negara kepulauan, tantangan yang dihadapi Indonesia dan negara di kawasan Pasifik tidak jauh berbeda," ujar Presiden.

Menurut Presiden, perubahan iklim dan bencana alam, serta pemerataan sosial, pendidikan, kesehatan dan pembangunan Sumber Daya Manusia adalah tantangan nyata yang dihadapi negara di kawasan Pasifik.

"Indonesia dan Australia harus menjadi teman sejati bagi negara-negara di kawasan Pasifik. Berkolaborasi sebagai mitra pembangunan, mengatasi dampak perubahan iklim, memperkecil tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial, dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan Pasifik," kata Presiden menegaskan.

Sesuai pidato Presiden, Presiden masih menerima kunjungan kehormatan Ketua Partai Buruh Australia yang merupakan partai oposisi, Anthony Albanese.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden menyampaikan apresiasinya atas dukungan Partai Buruh dalam peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Australia.

Presiden menjelaskan bahwa pemerintahannya terus berupaya meningkatkan kesejahteraan, perlindungan hak asasi manusia (HAM), dan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, termasuk Provinsi Papua dan Papua Barat. Ia juga mengapresiasi dukungan oposisi Australia dalam ratifikasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).



Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan salah satu kelanjutan IA-CEPA adalah dibentuknya energy forum kedua negara.

"Satu follow up IA CEPA adalah mengadakan energy forum kedua negara karena belum ada forum yang membahas soal energi dan kedua pemimpin sepakat membentuk energy forum. Dalam 100 hari ini pun akan dilakukan kunjungan delegasi bisnis Australia ke Indonesia yang dipimpin menteri perdagangan Australia, kunjungan beberapa investor major dan fasilitasi yang terfokus kepada infraksturktur," tutur Retno.
 

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020