Ekonom senior Mari Elka Pangestu memprediksikan perekonomian global akan mengalami pemulihan sehingga membaik pada 2020 setelah tahun lalu terjadi perlemahan akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Mari mengatakan perekonomian dunia mengalami masa-masa yang cukup sulit sepanjang 2019 hingga pertumbuhannya diproyeksikan di level 2,3 persen dan akan sedikit meningkat untuk tahun ini.
“Tahun lalu itu yang paling buruk sejak krisis ekonomi global. Diperkirakan 2020 akan sedikit membaik pertumbuhannya jadi estimasi Bank Dunia dari 2,3 persen tahun lalu menjadi 2,4 persen tahun ini,” katanya saat berkunjung ke Kantor Berita ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: Bekraf : industri 4.0 untuk ekonomi kreatif adalah keniscayaan
Mari menuturkan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan bersumber dari pemulihan di berbagai negara berkembang melalui perbaikan sektor perdagangan dan investasi yang tahun lalu sempat tertekan akibat perang dagang.
“Sumber dari pertumbuhannya sebagian besar dari pemulihan kembali negara-negara sedang berkembang. Justru negara maju sedikit turun dengan rata-rata dari 1,6 persen menjadi 1,4 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, ia menyatakan tetap ada beberapa risiko yang diperkirakan akan terjadi pada tahun ini seperti kemungkinan perang dagang yang berlanjut meskipun telah ada kesepakatan perdagangan fase satu.
Berikutnya adalah utang besar yang dialami oleh banyak negara berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan yang menyebabkan capital outflow sehingga bagi negara berkembang harus tetap menjaga kepercayaan.
Baca juga: Rai Mantra: penguatan kebudayaan dukung pengembangan ekonomi kreatif
“Dikhawatirkan karena ada utang besar yang dialami oleh banyak negara jika ada ketidakpercayaan yang muncul karena satu hal yang lain maka itu bisa terjadi capital outflow,” katanya.
Kemudian terkait kekhawatiran yang muncul dari berbagai hal lain seperti geopolitik, virus corona, dan sebagainya.
“Tiga ini yang diperkirakan pertumbuhan itu bisa menjadi lebih rendah dan ini hal-hal yang harus kita perhatikan,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Mari mengimbau agar negara berkembang termasuk Indonesia harus terus mewaspadai dengan menyiapkan kebijakan, respons, dan antisipasi yang tepat.
Ia menyebutkan salah satu langkah yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan meningkatkan investasi swasta maupun pemerintah melalui belanja sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
“Untuk menarik investasi diperlukan reformasi investasi dengan memperbaiki iklimnya,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Mari mengatakan perekonomian dunia mengalami masa-masa yang cukup sulit sepanjang 2019 hingga pertumbuhannya diproyeksikan di level 2,3 persen dan akan sedikit meningkat untuk tahun ini.
“Tahun lalu itu yang paling buruk sejak krisis ekonomi global. Diperkirakan 2020 akan sedikit membaik pertumbuhannya jadi estimasi Bank Dunia dari 2,3 persen tahun lalu menjadi 2,4 persen tahun ini,” katanya saat berkunjung ke Kantor Berita ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: Bekraf : industri 4.0 untuk ekonomi kreatif adalah keniscayaan
Mari menuturkan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan bersumber dari pemulihan di berbagai negara berkembang melalui perbaikan sektor perdagangan dan investasi yang tahun lalu sempat tertekan akibat perang dagang.
“Sumber dari pertumbuhannya sebagian besar dari pemulihan kembali negara-negara sedang berkembang. Justru negara maju sedikit turun dengan rata-rata dari 1,6 persen menjadi 1,4 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, ia menyatakan tetap ada beberapa risiko yang diperkirakan akan terjadi pada tahun ini seperti kemungkinan perang dagang yang berlanjut meskipun telah ada kesepakatan perdagangan fase satu.
Berikutnya adalah utang besar yang dialami oleh banyak negara berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan yang menyebabkan capital outflow sehingga bagi negara berkembang harus tetap menjaga kepercayaan.
Baca juga: Rai Mantra: penguatan kebudayaan dukung pengembangan ekonomi kreatif
“Dikhawatirkan karena ada utang besar yang dialami oleh banyak negara jika ada ketidakpercayaan yang muncul karena satu hal yang lain maka itu bisa terjadi capital outflow,” katanya.
Kemudian terkait kekhawatiran yang muncul dari berbagai hal lain seperti geopolitik, virus corona, dan sebagainya.
“Tiga ini yang diperkirakan pertumbuhan itu bisa menjadi lebih rendah dan ini hal-hal yang harus kita perhatikan,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Mari mengimbau agar negara berkembang termasuk Indonesia harus terus mewaspadai dengan menyiapkan kebijakan, respons, dan antisipasi yang tepat.
Ia menyebutkan salah satu langkah yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan meningkatkan investasi swasta maupun pemerintah melalui belanja sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
“Untuk menarik investasi diperlukan reformasi investasi dengan memperbaiki iklimnya,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020