Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Ricky Joseph Pesik, menyebutkan bahwa revolusi industri 4.0 membahas tentang ekonomi digital yang sebenarnya merupakan keniscayaan untuk bidang ekonomi kreatif.

"Kalau kita bicara soal industri 4.0 menurut saya kita bicara soal digital ekonomi, jadi itu sebenarnya sebuah keniscayaan, bahkan untuk ekonomi kreatif, kedepannya bahkan untuk ekosistem ekonomi global akan mengadopsi digital ekonomi, menurut saya digital ekonomi akan menjadi sebuah keniscayaan," kata Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Ricky Joseph Pesik, di Nusa Dua, Bali, Selasa.

Menurutnya, ekonomi kreatif sepenuhnya bertransformasi dalam platform ekonomi digital. Akselerasi pertumbuhan di sektor ekonomi kreatif bisa terjadi secara berkali lipat  ketika berhasil berubah ke ekonomi digital.

"Kalau sekarang kita baru ada potret e-commerce kita, dan pasar e-commerce-nya kita diproyeksikan akan tumbuh hampir 10 kali lipat dalam kurun waktu tidak sampai 10 tahun, jadi itu, menurut saya, potensi pasar yang besar ada di situ ya, apalagi e-commerce kita, isinya produk lokal," jelasnya.

Menurutnya, dengan adanya pemanfaatan produk - produk lokal yang ada di Indonesia ini, dalam potensi pasar yang besar, tentunya dapat mendorong keberadaan dari ekonomi kreatif di Indonesia.

Ricky menjelaskan bahwa dalam pengembangan ekonomi kreatif itu tanpa meninggalkan kearifan lokal. "Jadi kearifan lokal ini tidak mungkin ditinggalkan karena yang menjual itu justru konten-konten kearifan lokal nanti untuk pasar dunia karena kita berada di era bercerita kan, dalam aspek pemasaran storytelling itu penting dan story telling itu basis adalah kisah-kisah lokal sekarang," ucap Ricky.

Baca juga: Sekda Bali minta masyarakat beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0

Untuk itu, ke depannya, konten di bidang ekonomi kreatif dengan banyak mengekspor kearifan lokal yang dimiliki Indonesia ini. Selain itu, untuk biaya, kata Ricky tentunya Bekraf sebagai lembaga sekaligus wadah untuk ekonomi kreatif ini akan terus mengajukan pembiayaan yang efektif terhadap pemasaran global.

"Kalau anggaran Bekraf untuk tahun depan Rp800 miliar, sedangkan kalau tahun ini hanya Rp600 miliar, mungkin Bekraf memerlukan anggaran sampai di atas Rp3 triliun itu yang mencakup sebenarnya global marketing untuk produk kreatif yang akan dipasarkan itu," ujarnya.

Baca juga: ISI Denpasar ingatkan "4C" hadapi Revolusi Industri 4.0
Baca juga: Rektor Undiksha minta mahasiswa siap hadapi revolusi industri 4.0

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019