Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD DKI Jakarta menyebut indeks kebahagiaan warga Jakarta masih kalah dibandingkan dengan warga di Kabupaten Badung, Bali, meski dari sisi anggaran daerah ini terbilang minim.
Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono di Jakarta, Sabtu, menyatakan dengan dana hanya sekitar Rp6,3 triliun tapi indeks kebahagiaanya tinggi dan kerap menjadi percontohan bagi daerah lain dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan warganya.
"Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta melihat ada hal-hal prinsipil yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung tapi itu tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," kata Gembong.
Gembong mengatakan mengetahui fakta tersebut setelah dia bersama anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, melakukan kunjungan Kerja Lintas Komisi DPRD DKI Jakarta (Fraksi PDI Perjuangan) pada 30 Januari hingga 1 Februari 2020.
Pertama, kata Gembong, perencanaan Pembangunan; Kabupaten Badung menggunakan Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) sebagai acuan rel pembangunan atau konsep induk yang hampir tidak dimiliki DKI Jakarta saat ini.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta di angka 80,46, sementara Indeks Kebahagiaan di angka 71,33. Sementara, IPM Kabupaten Badung sudah berada di angka 80,57 dan Indeks Kebahagiannya sebesar 76,14.
"Padahal kita ketahui bersama APBD DKI Rp87,9 triliun sementara Kabupaten Badung hanya Rp6,3 triliun," kata dia.
Ketiga, Kabupaten Badung juga sudah mampu menghapuskan Pajak Bumi dan Bangunan untuk seluruh segmen non Komersial, memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp5,3 triliun (84 persen dari APBD). Sementara kemampuan DKI Jakarta dalam menggenjot PAD, masih sangat lemah dan disinyalir terjadinya banyak kebocoran.
Baca juga: Disdukcapil Badung luncurkan Pelayanan Kependudukan Malam Hari
Selanjutnya, dengan karakteristik keberagaman etnis-suku bangsa yang hampir sama dengan DKI Jakarta, Kabupaten Badung memiliki tingkat kerukunan masyarakat dan beragama sangat tinggi yaitu 80,24, sementara DKI Jakarta hanya di angka 71,3.
Adapun catatan kelima hasil kunker PDIP tersebut, berisi Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta menganggap bahwa tata kelola pemerintahan DKI Jakarta sudah pada angka kritis karena dibandingkan dengan Pemerintahan setingkat Kabupaten saja tidak bisa mengimbangi apalagi melampauinya.
"Terakhir, mengingat APBD DKI Jakarta yang besar mencapai Rp87 triliun lebih. Harusnya Pemprov DKI Jakarta dalam penyusunan RKPD tahun 2021 yang baru saja disusun tanggal 29 Januari 2020, lebih berpihak kepada rakyat Jakarta yang masih kategori prasejahtera. Untuk itu sangat dibutuhkan akurasi data seberapa banyak sebenarnya warga Jakarta yang masih kategori prasejahtera, sehingga delivery program nya mnjd tepat sasaran," ujar dia.
Baca juga: Mal pelayanan publik pemkab Badung wujudkan sinergitas
Contoh program konkret yang nyata menyentuh kebutuhan masyarakat pra-sejahtera, tambah Gembong, adalah "bedah rumah" yang bisa disubsidi oleh Pemprov sehingga tidak ada lagi temuan rumah tidak layak huni di DKI Jakarta.
"Program ini dapat disandingkan dengan program 'community development' sehingga lebih nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jakarta," ucap Gembong menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono di Jakarta, Sabtu, menyatakan dengan dana hanya sekitar Rp6,3 triliun tapi indeks kebahagiaanya tinggi dan kerap menjadi percontohan bagi daerah lain dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan warganya.
"Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta melihat ada hal-hal prinsipil yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Badung tapi itu tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," kata Gembong.
Gembong mengatakan mengetahui fakta tersebut setelah dia bersama anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, melakukan kunjungan Kerja Lintas Komisi DPRD DKI Jakarta (Fraksi PDI Perjuangan) pada 30 Januari hingga 1 Februari 2020.
Pertama, kata Gembong, perencanaan Pembangunan; Kabupaten Badung menggunakan Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) sebagai acuan rel pembangunan atau konsep induk yang hampir tidak dimiliki DKI Jakarta saat ini.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta di angka 80,46, sementara Indeks Kebahagiaan di angka 71,33. Sementara, IPM Kabupaten Badung sudah berada di angka 80,57 dan Indeks Kebahagiannya sebesar 76,14.
"Padahal kita ketahui bersama APBD DKI Rp87,9 triliun sementara Kabupaten Badung hanya Rp6,3 triliun," kata dia.
Ketiga, Kabupaten Badung juga sudah mampu menghapuskan Pajak Bumi dan Bangunan untuk seluruh segmen non Komersial, memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp5,3 triliun (84 persen dari APBD). Sementara kemampuan DKI Jakarta dalam menggenjot PAD, masih sangat lemah dan disinyalir terjadinya banyak kebocoran.
Baca juga: Disdukcapil Badung luncurkan Pelayanan Kependudukan Malam Hari
Selanjutnya, dengan karakteristik keberagaman etnis-suku bangsa yang hampir sama dengan DKI Jakarta, Kabupaten Badung memiliki tingkat kerukunan masyarakat dan beragama sangat tinggi yaitu 80,24, sementara DKI Jakarta hanya di angka 71,3.
Adapun catatan kelima hasil kunker PDIP tersebut, berisi Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta menganggap bahwa tata kelola pemerintahan DKI Jakarta sudah pada angka kritis karena dibandingkan dengan Pemerintahan setingkat Kabupaten saja tidak bisa mengimbangi apalagi melampauinya.
"Terakhir, mengingat APBD DKI Jakarta yang besar mencapai Rp87 triliun lebih. Harusnya Pemprov DKI Jakarta dalam penyusunan RKPD tahun 2021 yang baru saja disusun tanggal 29 Januari 2020, lebih berpihak kepada rakyat Jakarta yang masih kategori prasejahtera. Untuk itu sangat dibutuhkan akurasi data seberapa banyak sebenarnya warga Jakarta yang masih kategori prasejahtera, sehingga delivery program nya mnjd tepat sasaran," ujar dia.
Baca juga: Mal pelayanan publik pemkab Badung wujudkan sinergitas
Contoh program konkret yang nyata menyentuh kebutuhan masyarakat pra-sejahtera, tambah Gembong, adalah "bedah rumah" yang bisa disubsidi oleh Pemprov sehingga tidak ada lagi temuan rumah tidak layak huni di DKI Jakarta.
"Program ini dapat disandingkan dengan program 'community development' sehingga lebih nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jakarta," ucap Gembong menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020