Denpasar (Antara Bali) - Akademisi sekaligus guru besar pada Fakultas Hukum Universitas Udayana Prof Dr Yohanes Usfunan SH MH menilai, tidak jarang terjadi kecenderungan kalangan media menafsirkan kebebasan pers secara berlebihan.
"Padahal kebebasan pers itu harus tetap dibarengi dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan menghormati supremasi hukum," katanya, di Denpasar, Jumat.
Ia menyampaikan hal itu ketika menjadi pembicara pada seminar nasional bertajuk "Menegakkan Peran Media Sebagai Pilar Keempat Demokrasi" yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Warmadewa dengan Asosiasi Media Bali (AMB).
"Penafsiran kebebasan pers yang berlebihan itu, contohnya tampak dalam konteks penyalahgunaan media untuk kepentingan politik maupun pemberitaan yang terkesan menyudutkan pihak tertentu tanpa melakukan korfirmasi kembali," ucap Prof Usfunan yang juga pernah menjadi jurnalis selama 20 tahun itu.
Ia menambahkan, tidak sedikit karena campur tangan pemilik media terhadap redaksi, menyebabkan pemberitaan yang disajikan bukan berdasarkan realita yang terjadi tetapi lebih condong pada sisi kepentingan pemilik media. (LHS/IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Padahal kebebasan pers itu harus tetap dibarengi dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan menghormati supremasi hukum," katanya, di Denpasar, Jumat.
Ia menyampaikan hal itu ketika menjadi pembicara pada seminar nasional bertajuk "Menegakkan Peran Media Sebagai Pilar Keempat Demokrasi" yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Warmadewa dengan Asosiasi Media Bali (AMB).
"Penafsiran kebebasan pers yang berlebihan itu, contohnya tampak dalam konteks penyalahgunaan media untuk kepentingan politik maupun pemberitaan yang terkesan menyudutkan pihak tertentu tanpa melakukan korfirmasi kembali," ucap Prof Usfunan yang juga pernah menjadi jurnalis selama 20 tahun itu.
Ia menambahkan, tidak sedikit karena campur tangan pemilik media terhadap redaksi, menyebabkan pemberitaan yang disajikan bukan berdasarkan realita yang terjadi tetapi lebih condong pada sisi kepentingan pemilik media. (LHS/IGT)
Editor : Masuki
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012