Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong petani di Bali memanfaatkan kredit usaha rakyat (KUR) sektor pertanian, sehingga bisa membeli sarana dan prasarana pertanian sesuai kebutuhan.
"Ada unsur edukasinya juga, sehingga petani terbiasa dengan menghitung sendiri, cari sendiri traktornya, tinggal misalnya eksistensi traktor ini kelebihannya ini, kekurangannya ini dan sebagainya," katanya saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman terkait komitmen Kementerian Pertanian mendorong kegiatan pertanian, perkebunan dan peternakan di Bali di Wantilan Kertasabha, Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, dengan bunga kredit KUR sektor pertanian sebesar enam persen, maka bisa membuat petani menghitung skala pasar maupun bisnis, yang selanjutnya juga dituntun jajaran aparat pertanian.
"KUR itu kebijakan negara, kebijakan Presiden Jokowi mempersiapkan untuk rakyat khususnya di bidang pertanian," ucapnya.
Baca juga: Mentan dukung Bali kembangkan pertanian organik
Pada 2020, tambah Yasin Limpo, total alokasi KUR untuk sektor pertanian bagi 34 provinsi di Tanah Air sekitar Rp50 triliun. Untuk Bali, jika sudah siap, bisa mengambil alokasi sampai Rp1 triliun.
"Oleh karena Bali sudah terlalu siap, silakan aja pakai lebih dari Rp1 triliun juga boleh," ujar pria yang mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu sembari menyatakan siap mendukung Bali untuk mengembangkan pertanian organiknya.
Yasin Limpo mengatakan sering kali kalau cuma dibagikan sarana dan prasarana seperti traktor, maka kadang-kadang, jika rusak sedikit karburatornya atau macet, malah sudah dianggap besi tua lalu dibuang petani.
"Dengan KUR, intervensi mekanisasi dan teknologi yang dibutuhkan bisa lebih cepat, dibandingkan yang dibagi-bagi oleh pemerintah," ucapnya.
Baca juga: Koster: harga panen petani di Bali tidak boleh anjlok lagi
Terkait acara yang juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman ekspor beras organik dari Bali ke Australia antara PT Bali Sri Organik dan Big Almond Tree, menurut Menteri, seharusnya bisa dikembangkan lagi ekspor ke negara tetangga lainnya.
"Yang kita kirim ini 'kan ke Australia, apa hanya Australia yang butuh kita? Papua Nugini pasti butuh kita, Timor Leste juga butuh kita, mungkin juga di negara-negara Afrika juga butuh kita. Apalagi merek Bali itu punya branding yang luar biasa dan pasti bisa. Oleh karena itu, saya optimistis keinginan Bapak Gubernur tercapai, 'gas pol' saja," ujarnya.
Yasin Limpo pun menegaskan bahwa pertanian masa kini dengan menerapkan berbagai inovasi teknologi atau pertanian 4.0, tidak identik lagi dengan profesi yang mesti bergelut dengan lumpur dan berkeringat.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Ada unsur edukasinya juga, sehingga petani terbiasa dengan menghitung sendiri, cari sendiri traktornya, tinggal misalnya eksistensi traktor ini kelebihannya ini, kekurangannya ini dan sebagainya," katanya saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman terkait komitmen Kementerian Pertanian mendorong kegiatan pertanian, perkebunan dan peternakan di Bali di Wantilan Kertasabha, Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, dengan bunga kredit KUR sektor pertanian sebesar enam persen, maka bisa membuat petani menghitung skala pasar maupun bisnis, yang selanjutnya juga dituntun jajaran aparat pertanian.
"KUR itu kebijakan negara, kebijakan Presiden Jokowi mempersiapkan untuk rakyat khususnya di bidang pertanian," ucapnya.
Baca juga: Mentan dukung Bali kembangkan pertanian organik
Pada 2020, tambah Yasin Limpo, total alokasi KUR untuk sektor pertanian bagi 34 provinsi di Tanah Air sekitar Rp50 triliun. Untuk Bali, jika sudah siap, bisa mengambil alokasi sampai Rp1 triliun.
"Oleh karena Bali sudah terlalu siap, silakan aja pakai lebih dari Rp1 triliun juga boleh," ujar pria yang mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu sembari menyatakan siap mendukung Bali untuk mengembangkan pertanian organiknya.
Yasin Limpo mengatakan sering kali kalau cuma dibagikan sarana dan prasarana seperti traktor, maka kadang-kadang, jika rusak sedikit karburatornya atau macet, malah sudah dianggap besi tua lalu dibuang petani.
"Dengan KUR, intervensi mekanisasi dan teknologi yang dibutuhkan bisa lebih cepat, dibandingkan yang dibagi-bagi oleh pemerintah," ucapnya.
Baca juga: Koster: harga panen petani di Bali tidak boleh anjlok lagi
Terkait acara yang juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman ekspor beras organik dari Bali ke Australia antara PT Bali Sri Organik dan Big Almond Tree, menurut Menteri, seharusnya bisa dikembangkan lagi ekspor ke negara tetangga lainnya.
"Yang kita kirim ini 'kan ke Australia, apa hanya Australia yang butuh kita? Papua Nugini pasti butuh kita, Timor Leste juga butuh kita, mungkin juga di negara-negara Afrika juga butuh kita. Apalagi merek Bali itu punya branding yang luar biasa dan pasti bisa. Oleh karena itu, saya optimistis keinginan Bapak Gubernur tercapai, 'gas pol' saja," ujarnya.
Yasin Limpo pun menegaskan bahwa pertanian masa kini dengan menerapkan berbagai inovasi teknologi atau pertanian 4.0, tidak identik lagi dengan profesi yang mesti bergelut dengan lumpur dan berkeringat.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020