Megabintang LeBron James tetaplah magnet utama NBA, tetapi bahkan dia tidak mampu mencegah terjadinya dominasi asing sepanjang tahun 2019 di kompetisi bola basket Amerika Serikat yang menjadi barometer bola keranjang sejagad itu.

Dominasi paling kentara terlihat dengan keberhasilan Toronto Raptors, tim asal Kanada, menjuarai NBA 2018/19 dengan kemenangan 4-2 atas Golden State Warriors, yang jadi langganan partai final lima musim beruntun.

Baca juga: Ringkasan laga NBA, Heat perpanjang rekor kandang

Kawhi Leonard mungkin menjadi kunci utama keberhasilan Raptors menorehkan sejarah itu dan menjadi Pemain Terbaik (MVP) Final, tetapi kontribusi besar juga berdatangan dari sederet legiun asing di tim yang ditangani Nick Nurse tersebut.

Marc Gasol misalnya, direkrut Raptors pada 7 Februari 2019 demi menambah pengalaman playoff di tim itu, dan legiun Spanyol itu sukses membuktikannya dengan selalu tampil dalam 24 pertandingan yang menentukan gelar juara Raptors.

Pemain Spanyol lainnya, Serge Ibaka, jelas sudah berkontribusi besar sejak musim reguler, sedangkan legiun Kamerun Pascal Siakam tampil begitu menawan sepanjang musim hingga final dan performanya dihadiahi penghargaan Pemain Paling Berkembang NBA 2018/19 selain tentunya cincin juara.

Baca juga: Westbrook pimpin Rockets

Siakam juga praktis menjadi bagian dari gelombang dominasi pemain asing memenangi empat dari lima penghargaan individual NBA 2018/19, hanya menyisakan gelar Pemain Cadangan Terbaik untuk pebasket lokal Amerika Serikat, yang disematkan kepada Lou Williams (LA Clippers).

Penghargaan Pemain Bertahan Terbaik direngkuh oleh pemain asal Prancis Rudy Gobert (Utah Jazz) yang memenanginya untuk dua musim beruntun.

Pemuda Slovenia Luka Doncic (Dallas Mavericks) dinobatkan sebagai Pemain Debutan Terbaik NBA 2018/19, yang sebetulnya bukan hal aneh mengingat ia datang ke Amerika dengan torehan satu gelar EuroLeague untuk Real Madrid, satu anugerah MVP EuroLeague serta MVP Final Four EuroLeague.

Sedangkan gelar Pemain Terbaik (MVP) NBA 2018/19 diraih oleh pemain berjuluk Monster dari Yunani, Giannis Antetokounmpo, setelah mengantarkan Milwaukee Bucks jadi tim paling mentereng di fase musim reguler dengan torehan 60 kemenangan dan 22 kekalahan.
Antetokounmpo menjawab dengan baik tantangan yang ia minta dari pemilik lima cincin juara NBA, Kobe Bryant, sekira dua tahun sebelumnya.

Selanjutnya: Gelar MVP itu diraih...
Pebola basket Milwaukee Bucks Giannis Antetokounmpo saat melawan Detroit Pistons dalam putaran pertama Playoffs NBA 2019 di Fiserv Forum, Milwaukee, AS, Minggu (14/4/2019). ANTARA FOTO/Michael McLoone-USA TODAY Sports/Reuters/foc.


Gelar MVP itu diraih Antetokounmpo berbekal rataan dwiganda 27,7 poin dan 12,5 rebound serta 5,9 assist per gim sepanjang musim reguler dibarengi memuncaki daftar pemain paling efisien dengan nilai 30,9.

Legiun asal Yunani itu juga terpilih untuk menjadi satu dari dua kapten dalam gelaran All-Star menghadapi tim bentukan LeBron James, selain juga masuk ke dalam All-NBA First Team serta NBA All-Defensive First Team dan enam kali menjadi Pemain Terbaik Mingguan Wilayah Timur serta memenangi empat dari lima gelar Pemain Terbaik Bulanan Wilayah Timur.



Sayangnya, pengalaman minim di fase playoff, mencegah Antetokounmpo melengkapi torehan individualnya dengan gelar juara NBA, sebab Bucks dihentikan oleh Raptors di final Wilayah Timur. Namun, kecemerlangan individual Antetokounmpo masih berlanjut hingga separuh awal NBA 2019/20, di mana Bucks dipastikan masih berada di puncak Timur setidaknya hingga tahun 2019 berakhir.


Dari tim super ke dwitunggal

Musim panas 2019 ditandai sebagai senjakala konsep superteam alias tim super di NBA dengan banyaknya perpindahan pemain di lantai bursa pertukaran maupun mereka yang memutuskan tak memperpanjang kontrak dan pindah ke tim lain.

Konsep tim super berganti dengan bermunculannya skema dwitunggal yang coba diandalkan kembali oleh tim-tim NBA. Satu per satu mencari jalan untuk mengawinkan dua bintang besar di satu tim, ketimbang mengumpulkan empat hingga lima pemain langganan All-Star, konsep yang turut menjadi dasar kesuksesan dinasti singkat Warriors.

Ketika bursa perpindahan pemain bebas kontrak dibuka pada 30 Juni 2019, lewat jaringan bisnis olahraga miliknya, The Boardroom, Kevin Durant mengumumkan keputusannya meninggalkan Warriors dan hijrah ke Brooklyn Nets.

Tak sendirian, Durant juga sukses membujuk Kyrie Irving untuk menanggalkan opsi perpanjangan kontrak di Boston Celtics dan turut serta hijrah ke Nets bersamanya. Keputusan itu praktis menandai kemunculan skema dwitunggal yang mulai menggantikan konsep tim super.

Beberapa pekan sebelum Durant mengumumkan bergabung Nets, Los Angeles Lakers lebih dulu mencapai kesepakatan skema pertukaran dengan New Orleans Pelicans. Lakers memperoleh Anthony Davis, sebagai gantinya mereka mengirimkan Brandon Ingram, Josh Hart, Lonzo Ball serta sejumlah hak pilih NBA Draft.

Selanjutnya: Davis bergabung dengan...

Davis bergabung dengan megabintang LeBron James yang sejak musim lalu memperkuat Lakers dan menciptakan pola dwitunggal di tim yang kini bercokol di puncak klasemen Wilayah Barat hingga akhir tahun 2019 itu.

Kedatangan Davis juga sempat diiringi berbagai rumor nama bintang lain menyusul merapat ke Lakers, termasuk Durant, Irving, Leonard dan Paul George, meski pada akhirnya tak satu pun dari nama-nama itu tiba.

Skema dwitunggal tak hanya coba diterapakan Lakers dan Nets (meskipun untuk kasus Nets mereka harus menunggu hingga musim berikutnya, sebab Durant masih menepi karena cedera), tetapi juga oleh banyak tim-tim lain.

LA Clippers kedatangan Leonard yang memutuskan meninggalkan Raptors setelah membawa tim Kanada itu juara NBA dan mencari tantangan baru di California. Leonard juga mengajak serta George yang meninggalkan Oklahoma City Thunder untuk membentuk skema dwitunggal di Clippers.

Sebelum Lakers, Clippers dan Nets menerapkan skema dwitunggal mereka, Maverick sebetulnya merintis pola serupa sejak mendatangkan Kristaps Porzingis dari New York Knicks pada 31 Januari.

Porzingis datang masih dalam kondisi cedera dan tak sekalipun melantai hingga musim 2018/19 berakhir, tapi Mavericks yakin ia adalah pilihan tepat untuk disandingkan dengan bakat besar Doncic, sesuatu yang cukup terbayar hingga 2019 berakhir. Mavericks untuk sementara berada di lima besar Wilayah Barat.

Sementara itu, kepergian George dari Thunder membuat Russell Westbrook juga meminta ditukarkan oleh timnya dengan tujuan jelas yakni Houston Rockets agar bisa bergabung dengan James Harden dan membentuk kubu dwitunggal lain di NBA.

Tim-tim tersebut mungkin menciptakan kombinasi dwitunggal baru, tetapi kubu-kubu lain memilih bertahan dengan apa yang sudah mereka punya. Philadelphia 76ers misalnya tetap disokong Joel Embiid dan Ben Simmons sepeninggal Jimmy Butler ada juga duet Nikola Jokic dan Jamal Murray yang dipertahankan Denver Nuggets.

Jika ada yang masih berusaha menggunakan skema tim super boleh dibilang hanya tinggal Warriors, sebab kepergian Durant digantikan dengan kedatangan penggawa All-Star lain yakni D'Angelo Russell dari Nets.

Akan tetapi, skema tim super Warriors kemungkinan harus menunggu bisa bekerja lagi musim depan sebab Klay Thompson dipastikan cedera sepanjang musim, meninggalkan tim besutan Steve Kerr itu dengan dwitunggal dadakan Stephen Curry dan Russell.

Ironisnya, Curry juga harus menepi tiga bulan sejak Oktober, meninggalkan Russell hampir sendirian menyokong Warriors yang kini terpuruk di dasar klasemen Wilayah Barat dan baru memetik sembilan kemenangan dari 34 pertandingan.

Dari tim finalis lima musim beruntun menjadi juru kunci di pengujung tahun kalender, apa namanya kalau bukan senjakala konsep tim super?
 

Pewarta: Gilang Galiartha

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019