Pemerintah Indonesia diminta untuk segera memfokuskan pembinaan prestasi pada sepuluh cabang olahraga olimpiade, mengingat anggaran Pelatnas yang terbatas.
Hal itu disampaikan dalam acara seminar kajian strategis penyusunan peta jalan (road map) peningkatan prestasi olahraga oleh Kementerian PPN/Bappenas di Hotel Westin, Jakarta, Rabu.
Kesepuluh cabang olimpiade yang harus diprioritaskan tersebut di antaranya, bulu tangkis, angkat besi, panahan, renang, senam, atletik, dan balap sepeda.
Direktur Keluarga, Perempuan, Anak , Pemuda dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas Woro Srihastuti Sulisyaningrum, menuturkan bahwa pemerintah sudah sepatutnya segera memberikan fokus perhatian kepada kesepuluh cabang tersebut. Harapannya, Indonesia bisa siap menghadapi olimpiade 2024.
Baca juga: KONI Bekasi sumbang atlet Olimpiade Tokyo 2020
"Kalau untuk lolos kualifikasi ke Olimpiade 2020 kan persiapannya terlalu sebentar. Jadi dengan fokus ke cabang olimpiade, setidaknya itu sebagai persiapan kita nanti di olimpiade 2024," ujar Woro.
Urgensi tersebut dinilainya diperlukan, selain karena anggaran yang terbatas, tetapi juga mempertimbangkan rekam jejak prestasi Indonesia di olimpiade.
Kementerian PPN/Bappenas dalam laporannya menyebutkan bahwa sepanjang sejarah olimpiade, Indonesia hanya konsisten meraih medali pada tiga cabang olahraga, yakni bulu tangkis, panahan, dan angkat besi.
Dengan prioritas pembinaan kepada cabang olimpiade, Indonesia diyakini dapat mengulang prestasinya di olimpiade 2024 mendatang.
Baca juga: Tim Indonesia siap berlaga China Open 2019
Hal senada juga disampaikan oleh pengamat olahraga nasional Fritz E. Simanjuntak. Ia berpendapat meskipun penentuan sepuluh cabang olimpiade itu masih belum sempurna, tapi ia menilai itu bisa diterima sebagai langkah awal dalam peningkatan pembinaan olahraga di Indonesia.
"Sepuluh cabor olimpiade yang ditentukan oleh Bappenas tidak sempurna, tapi ini patut diterima sebagai start. Astralia hanya fokus pada delapan cabang olahraga. Jadi Indonesia gak usah berambisi besar dapat banyak emas di olimpiade," kata Fritz.
Ketua Olimpian Indonesia yang juga mantan atlet tenis nasional, Yayuk Basuki turut mengamini strategi tersebut. Ia menilai anggaran Pelatnas cabang olahraga olimpiade dan rekreasi tidak bisa disamaratakan. Pemerintah menurutnya, harus lebih fokus memprioritaskan cabang-cabang olimpiade.
"Di Manila ada 56 cabor. Itu berati kita gak fokus. Anggaran sekian, dibagi rata, ya enggak bisa," ucap Yayuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Hal itu disampaikan dalam acara seminar kajian strategis penyusunan peta jalan (road map) peningkatan prestasi olahraga oleh Kementerian PPN/Bappenas di Hotel Westin, Jakarta, Rabu.
Kesepuluh cabang olimpiade yang harus diprioritaskan tersebut di antaranya, bulu tangkis, angkat besi, panahan, renang, senam, atletik, dan balap sepeda.
Direktur Keluarga, Perempuan, Anak , Pemuda dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas Woro Srihastuti Sulisyaningrum, menuturkan bahwa pemerintah sudah sepatutnya segera memberikan fokus perhatian kepada kesepuluh cabang tersebut. Harapannya, Indonesia bisa siap menghadapi olimpiade 2024.
Baca juga: KONI Bekasi sumbang atlet Olimpiade Tokyo 2020
"Kalau untuk lolos kualifikasi ke Olimpiade 2020 kan persiapannya terlalu sebentar. Jadi dengan fokus ke cabang olimpiade, setidaknya itu sebagai persiapan kita nanti di olimpiade 2024," ujar Woro.
Urgensi tersebut dinilainya diperlukan, selain karena anggaran yang terbatas, tetapi juga mempertimbangkan rekam jejak prestasi Indonesia di olimpiade.
Kementerian PPN/Bappenas dalam laporannya menyebutkan bahwa sepanjang sejarah olimpiade, Indonesia hanya konsisten meraih medali pada tiga cabang olahraga, yakni bulu tangkis, panahan, dan angkat besi.
Dengan prioritas pembinaan kepada cabang olimpiade, Indonesia diyakini dapat mengulang prestasinya di olimpiade 2024 mendatang.
Baca juga: Tim Indonesia siap berlaga China Open 2019
Hal senada juga disampaikan oleh pengamat olahraga nasional Fritz E. Simanjuntak. Ia berpendapat meskipun penentuan sepuluh cabang olimpiade itu masih belum sempurna, tapi ia menilai itu bisa diterima sebagai langkah awal dalam peningkatan pembinaan olahraga di Indonesia.
"Sepuluh cabor olimpiade yang ditentukan oleh Bappenas tidak sempurna, tapi ini patut diterima sebagai start. Astralia hanya fokus pada delapan cabang olahraga. Jadi Indonesia gak usah berambisi besar dapat banyak emas di olimpiade," kata Fritz.
Ketua Olimpian Indonesia yang juga mantan atlet tenis nasional, Yayuk Basuki turut mengamini strategi tersebut. Ia menilai anggaran Pelatnas cabang olahraga olimpiade dan rekreasi tidak bisa disamaratakan. Pemerintah menurutnya, harus lebih fokus memprioritaskan cabang-cabang olimpiade.
"Di Manila ada 56 cabor. Itu berati kita gak fokus. Anggaran sekian, dibagi rata, ya enggak bisa," ucap Yayuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019