Basarnas Bali menyiagakan ratusan personel dan alat utama menjelang pelaksanaan Hari Raya Natal 2019 dan Tahun Baru 2020, dalam kegiatan Siaga SAR Khusus sejak 18 Desember 2019 hingga 8 Januari 2020.

"Personel yang terlibat dalam siaga SAR khusus sebanyak 107 orang terdiri dari tim rescuer, ABK Kapal dan crew Heli. Selain personel, dapat dipastikan kesiapan Alut berupa Heli BO 105, kendaraan SAR darat, KN SAR Arjuna 229, Rigit Inflatable Boat (RIB), jet ski dan rubber boat siap dikerahkan," kata Kepala Kantor Basarnas Bali, Hari Adi Purnomo di Jimbaran, Badung, Rabu.

Ia menjelaskan pembagian personel, penempatan dan waktu telah ditetapkan dalam jadwal siaga SAR Khusus. Untuk tempat-tempat yang menjadi atensi dari Basarnas Bali diantaranya Posko Terpadu Bandara I Gusti Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Celukan Bawang, Pelabuhan Toya Pakeh Nusa Penida, Pelabuhan Padangbai Karangasem dan juga terminal Mengwi.

Kegiatan Siaga SAR Khusus ini meliputi persiapan alat utama serta Peralatan SAR, menyiagakan dan menggelar tim rescue, menyiagakan dan menggelar jejaring dan peralatan komunikasi.

Selain itu juga, berkoordinasi terkait pengerahan dan pengendalian dalam operasi SAR kepada potensi SAR bila terjadi musibah atau kecelakaan, pemantauan di obyek wisata, pelabuhan laut, bandar udara dan terminal angkutan darat.

"Pelaksanaan siaga SAR khusus ini tidak ada bedanya dengan siaga SAR rutin yang setiap hari dilaksanakan, hanya saja ada lebih yang harus ditekankan karena banyak berdatangan wisatawan berlibur ke Bali, jadi harus terkoordinir dan terencana, dan kesiapsiagaan bisa berjalan optimal," jelas Hari Adi.

Ia menerangkan bahwa pihak Basarnas Bali telah mencatat data kecelakaan dan bencana alam yang terjadi dari Januari hingga November 2019. Data tertinggi yaitu kondisi membahayakan manusia seperti orang hilang di gunung atau hutan, dan sebagainya sebanyak 43 kejadian, kecelakaan kapal 24 kejadian, bencana alam satu kejadian dan kecelakaan penanganan khusus satu kejadian.

"Kalau dilihat berdasarkan jenis kejadian tertinggi yaitu kejadian terseret arus sebanyak 26 persen, kasus nelayan yang belum kembali sebanyak 18 persen, kejadian evakuasi jurang sebanyak 12 persen dan tersesat di gunung atau hutan 12 persen," ucap Hari Adi.

Selain itu, berdasarkan jumlah korban dalam pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan dari Januari hingga November 2019 tercatat yang tertinggi itu kejadian kecelakaan kapal dengan 754 orang selamat, lima orang meninggal dunia dan enam orang hilang.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019