Oleh M Irfan Ilmie
Amlapura (Antara Bali) - Bupati Karangasem I Wayan Geredeg dan Wakil Bupati I Made Sukerana didampingi istri masing-masing menari "Joged" bersama masyarakat untuk mengikis unsur erotisme yang sudah melekat pada kesenian tradisional masyarakat Bali itu.

Tari Joged yang digelar bertepatan dengan peringatan hari Ibu itu diikuti sekitar 500 pasangan suami-istri dan muda-mudi di Lapangan Tanah Aron, Amlapura, Kabupaten Karangasem, Kamis.

Dengan mengenakan pakaian adat, Bupati dan Wabup beranjak dari tempat duduk yang disediakan panitia di Lapangan Tanah Aron untuk menyambut kedatangan istri masing-masing dengan menari Joged diiringi irama gamelan yang rancak.

Beberapa saat kemudian mereka berbaur dengan 500 pasangan penari yang memadati lapangan di depan kantor Pemerintah Kabupaten Karangasem itu.

Tarian massal yang melibatkan kepala daerah, pejabat pemerintahan, pegawai negeri sipil, seniman, dan pelajar itu pun berlangsung sekitar 15 menit.

Meskipun singkat, pentas seni kolosal itu mampu menyita perhatian wisatawan asing dan wisatawan domestik yang berlibur di kabupaten paling timur Pulau Dewata itu.

"Kami berupaya meluruskan dan mengembalikan jati diri Joged ini sebagai tari pergaulan yang sarat pesan akan pentingnya kebersamaan, etika, dan estetika," kata wayang Geredeg.

Ia mengakui bahwa tari itu kini sudah melenceng karena banyak mengandung unsur-unsur pornografi. Tari itu kini juga sarat dengan gerakan-gerakan erotisme yang memicu berahi.

"Tari Joged ini warisan budaya leluhur yang harus dilestarikan. Boleh-boleh saja ada improvisasi, tapi jangan sampai keluar dari pakem," katanya didampingi Wabup I Made Sukerana.

Menurut dia, digelarnya tari kolosal itu atas inisiatif organisasi wanita di lingkungan Pemkab Karangasem yang prihatin atas perkembangan tari Joged dewasa ini.

"Mereka tergugah untuk mengembalikan kesenian ini pada jati dirinya. Oleh karena itu, kami kemudian memanggil para seniman di sini untuk mengejawantahkan keprihatinan ibu-ibu itu," kata Bupati.

Tari Joged dibawakan secara berpasangan, bisa suami-istri atau pasangan kekasih karena tari itu melambangkan keselarasan dan kesetiaan.

"Tarian ini juga mudah dibawakan siapa saja. Tidak perlu persiapan khusus dan tidak mahal. Pakaiannya pun juga sopan," kata Bupati yang usianya diperkirakan sudah mencapai kepala enam itu.

Seusai menari, Bupati dan Wabup memberikan penghargaan kepada sejumlah seniman dan tokoh masyarakat yang dianggap berjasa dalam melestarikan tradisi dan budaya serta mampu memberdayakan kaum perempuan di Kabupaten Karangasem.

Sementara itu, istri Bupati, Ny Sujani Gerdeg, dan istri Wabup, Ny Sumawati Sukerana, mengaku mempersiapkan pentas kolosal itu selama dua pekan.

"Agar hasilnya maksimal, kami dan beberapa organisasi perempuan mempersiapkan diri selama dua minggu," kata Sujani.*

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011