Pernyataan pelatih Marcelo Lippi di media Italia bahwa "Saya tidak ingin mendapatkan banyak uang kalau tidak pantas saya terima," menuai simpati dan kritikan dari para penggemar sepak bola di China.
Dia mengajukan pengunduran diri pada Jumat (15/11) lalu setelah tim nasional China yang ditanganinya menyerah 1-2 dari Suriah di Dubai dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2022.
Para pendukungnya menaruh simpati karena dia sudah mencurahkan kemampuan terbaiknya, sedangkan pengkritiknya malah mengecamnya, tulis sejumlah media China, Rabu.
Baca juga: Indonesia selenggarakan Kejuaraan Sepak Bola Pelajar Asia 2019
Baca juga: Delapan negara bersaing "tuan rumah" Piala Dunia Putri 2023
Pelatih berusia 70 tahun itu mengaku tidak bisa membalas kepercayaan yang telah diberikan, demikian Global Times.
Beberapa pendukung berat tim sepak bola putra China mengapresiasi pernyataan Lippi yang telah dialihbahasakan oleh sejumlah portal berita olahraga China, seperti Hupu dan Tencent.
Beberapa warganet menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pelatih berkebangsaan Italia itu dengan menyatakan bahwa persoalan utama tim sepak bola putra China jauh dari kemampuan legenda sepak bola yang pernah mengantarkan timnas Italia menjuarai Piala Dunia 2006.
"Pelatih tua itu telah berupaya mencurahkan kemampuan terbaiknya untuk membantu kita dan dia memberikan segalanya sehingga tidak masalah kalau dia keluar. Kepada pelatih timnas China mungkin harus bekerja keras yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Saya berharap dia bisa menikmati kehidupan sehari-hari setelah mundur," tulis seorang warganet di akun Weibo.
Namun beberapa penggemar timnas tidak mau mengerti alasan atas kekalahan melawan Suriah itu.
"Lippi kehilangan kontrol di ruang ganti dan inilah kenapa dia harus bertanggung jawab atas kekalahan itu. Ini tidak bisa diterima kenapa dia keluar dan tidak mengatakan pula tentang apa yang terjadi," ujar seorang pengguna akun Weibo lainnya.
Ada sentimen negatif yang disuarakan oleh orang-orang yang menganggap bahwa Lippi terlalu cepat mengundurkan diri dan gagal menangani timnas, meskipun sudah digaji selangit.
PP Sports, salah satu media olahraga di China, melaporkan bahwa bayaran Lippi selama satu tahun menurut Federasi Sepak Bola China (CFA) sesuai kontrak senilai 22,15 juta dolar AS atau sekitar Rp312,3 miliar.
Lippi sebelumnya mencatatkan prestasi yang gemilang di liga domestik China (CSL). Sejak menangani tim papan atas Guangzhou Evergrande pada 2012-2014, Lippi telah mengantarkan tim kebanggaan masyarakat Ibu Kota Provinsi Guangdong itu menjuarai Piala Champions Asia 2013 dan tiga kali berturut-turut juara CSL.
Meskipun gagal mengantarkan timnas China menuju Piala Dunia 2018 di Rusia, Lippi mendapatkan dukungan atas perubahan taktis dan kondisi mental para pemain timnas China yang baru ditanganinya pada 2016.
Pada bulan Januari lalu dia telah mengundurkan diri setelah langkah timnas China terhenti di babak perempat final Piala Asia, sebelum dikontrak kembali pada Mei lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Dia mengajukan pengunduran diri pada Jumat (15/11) lalu setelah tim nasional China yang ditanganinya menyerah 1-2 dari Suriah di Dubai dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2022.
Para pendukungnya menaruh simpati karena dia sudah mencurahkan kemampuan terbaiknya, sedangkan pengkritiknya malah mengecamnya, tulis sejumlah media China, Rabu.
Baca juga: Indonesia selenggarakan Kejuaraan Sepak Bola Pelajar Asia 2019
Baca juga: Delapan negara bersaing "tuan rumah" Piala Dunia Putri 2023
Pelatih berusia 70 tahun itu mengaku tidak bisa membalas kepercayaan yang telah diberikan, demikian Global Times.
Beberapa pendukung berat tim sepak bola putra China mengapresiasi pernyataan Lippi yang telah dialihbahasakan oleh sejumlah portal berita olahraga China, seperti Hupu dan Tencent.
Beberapa warganet menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pelatih berkebangsaan Italia itu dengan menyatakan bahwa persoalan utama tim sepak bola putra China jauh dari kemampuan legenda sepak bola yang pernah mengantarkan timnas Italia menjuarai Piala Dunia 2006.
"Pelatih tua itu telah berupaya mencurahkan kemampuan terbaiknya untuk membantu kita dan dia memberikan segalanya sehingga tidak masalah kalau dia keluar. Kepada pelatih timnas China mungkin harus bekerja keras yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Saya berharap dia bisa menikmati kehidupan sehari-hari setelah mundur," tulis seorang warganet di akun Weibo.
Namun beberapa penggemar timnas tidak mau mengerti alasan atas kekalahan melawan Suriah itu.
"Lippi kehilangan kontrol di ruang ganti dan inilah kenapa dia harus bertanggung jawab atas kekalahan itu. Ini tidak bisa diterima kenapa dia keluar dan tidak mengatakan pula tentang apa yang terjadi," ujar seorang pengguna akun Weibo lainnya.
Ada sentimen negatif yang disuarakan oleh orang-orang yang menganggap bahwa Lippi terlalu cepat mengundurkan diri dan gagal menangani timnas, meskipun sudah digaji selangit.
PP Sports, salah satu media olahraga di China, melaporkan bahwa bayaran Lippi selama satu tahun menurut Federasi Sepak Bola China (CFA) sesuai kontrak senilai 22,15 juta dolar AS atau sekitar Rp312,3 miliar.
Lippi sebelumnya mencatatkan prestasi yang gemilang di liga domestik China (CSL). Sejak menangani tim papan atas Guangzhou Evergrande pada 2012-2014, Lippi telah mengantarkan tim kebanggaan masyarakat Ibu Kota Provinsi Guangdong itu menjuarai Piala Champions Asia 2013 dan tiga kali berturut-turut juara CSL.
Meskipun gagal mengantarkan timnas China menuju Piala Dunia 2018 di Rusia, Lippi mendapatkan dukungan atas perubahan taktis dan kondisi mental para pemain timnas China yang baru ditanganinya pada 2016.
Pada bulan Januari lalu dia telah mengundurkan diri setelah langkah timnas China terhenti di babak perempat final Piala Asia, sebelum dikontrak kembali pada Mei lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019