Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Ponorogo, Jawa Timur, menggagas penghargaan kepada para penulis buku bertema sastra dan budaya berbahasa Indonesia bernama Anugerah Ronggowarsito dengan hadiah utama Rp100 juta yang pengiriman naskahnya dimulai November 2019 hingga Januari 2020.

“Ada dua hal yang menjadi poin dalam penghargaan ini, yakni nama Ronggowarsito dan jumlah hadiahnya yang menurut kami sangat besar, karena penghargaan yang selama ini ada hadiah utamanya sebesar Rp50 juta,” kata Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Ponorogo Dr Sutejo, MHum kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu.

Terkait Ronggowarsito, Sutejo mengemukakan bahwa ia merupakan tokoh besar di bidang satra dan pernah hidup di Ponorogo untuk menimba ilmu di Pesantren Gebang Tinatur, Tegalsari.

Baca juga: Pentas "Somya Bhuta" Taman Budaya Bali ramaikan panggung PKN

Ronggowarsito adalah pujangga terakhir dari Keraton Surakarta yang jejak karyanya tidak banyak diketahui di Ponorogo sendiri. Padahal, kata pakar satra yang juga budayawan ini, banyak jejak laku dan keilmuan gurunya ketika di Ponorogo.

“Lewat anugerah ini kami ingin mengingatkan kebesaran Ronggowarsito yang juga memiliki rentetan sejarah di Ponorogo. Misi penghargaan ini adalah untuk menghidupkan roh dari kekaryaan Ronggowarsito. Kalau selama ini penghargaan besar untuk para penulis banyak diselenggarakan di kota besar, seperti Jakarta, maka kami ingin memelopori ini dari daerah,” katanya.

Ia mengemukakan bahwa dengan penghargaan utama Rp100 juta itu bukan berarti STKIP PGRI Ponorogo kaya raya. Lewat program Sekolah Literasi Gratis (SLG) ini pihaknya ingin betul-betul menghargai karya intelektual, khususnya terkait dengan budaya dan sastra Indonesia.

“Kami sudah mendeklarasikan diri sebagai kampus literasi setelah kami menggelar Sekolah Literasi Gratis (SLG) yang alumninya telah mencapai ribuan orang. Sebagai kampus literasi, kami tidak main-main untuk mengapresiasi karya,” kata penulis 48 judul buku ini.

Penggagas SLG STKIP PGRI Ponorogo ini mengatakan bahwa hadiah Rp100 juta itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan para pegiat literasi dalam upaya menghasilkan sebuah buku.

“Kami ingin melakukan apa yang selama ini belum dilakukan orang, termasuk lewat SLG kami menghibahkan puluhan ribu buku kepada masyarakat, serta muhibah literasi,” katanya.

Baca juga: Tokoh agama/budaya Bali "bedah" pemikiran I Gusti Bagus Sugriwa

Untuk menyeleksi buku yang masuk, STKIP PGRI Ponorogo akan melibatkan dewan juri yang terdiri atas Prof. Dr Djoko Saryono (guru besar Universitas Negeri Malang) sebagai ketua, Maman S Mahayana (kritikus sastra terkemuka dari FIB Universitas Indonesia), Prof Dr Setyo Yuwono Sudikan (guru besar Universitas Negeri Surabaya), Arafat Nur (sastrawan asal Aceh dan penerima sejumlah penghargaan nasional) serta Dr Sutejo sendiri.

Sementara itu, Kepala Humas STKIP PGRI Ponorogo Sapta Arif Nur Wahyudin mengatakan bahwa Anugerah Ronggowarsito ini merupakan bagian dari kegiatan SLG II yang akan dimulai September 2019 dengan puncak kegiatan pada Mei 2020.

“Teknisnya, pengiriman buku dimulai November 2019 sampai Januari 2020, penjurian mulai Februari hingga April 2020 dan pengumuman pemenang pada Mei 2020. Syarat yang bisa diikutkan adalah buku yang memiliki ISBN dan terbit dalam dua tahun terakhir,” katanya.

Alumni Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) yang juga penulis cerpen dan puisi ini mengatakan bahwa terkait tema, kini masih menjadi pembahasan di panitia, apakah akan menyandingkan antara karya fiksi dengan nonfiksi atau hanya karya fiksi saja.

Baca juga: Prof Ketut Sumadi jadi guru besar pertama bidang pariwisata budaya IHDN Denpasar


 

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019