Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung penuh kemajuan industri batik nasional, salah satunya dengan memperluas cakupan pasar internasional.

Menperin pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-25 Yayasan Batik Indonesia, mendorong penyelenggaraan berbagai pameran batik skala global.

“Kami mendorong penyelenggaraan pameran batik dengan skala global di New York, London, Milan, Sydney dan negara fesyen lainnya untuk lebih memperkenalkan batik,” kata Agus saat menyampaikan sambutannya pada acara tersebut di Jakarta, Senin.

Baca juga: Presiden: rawat batik

Pada kesempatan tersebut, Agus menceritakan upayanya ketika menjadi Anggota DPR, untuk menjadikan batik sebagai pakaian resmi saat rapat Anggota DPR dengan mengirim surat kepada Ketua DPR saat itu.

Surat yang dikirim secara resmi tersebut menyampaikan keinginan Agus agar pakaian resmi saat rapat atau acara di DPR menggunakan pakaian batik yang berbasis budaya Indonesia, dan bukan jas.

“Jas bukan merupakan budaya Indonesia, melainkan budaya Barat, sehingga kami ingin agar batik yang dijadikan pakaian resmi sehingga kita mengakar pada budaya Indonesia sekaligus sebagai bukti kecintaan kepada budaya nasional,” ujar Agus.

Sayangnya, upaya tersebut ditolak oleh pimpinan DPR, namun Menperin tak patah arang dan terus melestarikan batik dengan terus menjadikan batik sebagai pakaian dalam menjalankan tugas.

Baca juga: Pendapatan ekspor industri batik capai 18 juta dolar AS

Menperin menyampaikan industri batik memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Industri batik menjadi penggerak perekonomian regional dan nasional, penyedia lapangan kerja, serta penyumbang devisa negara.

Industri batik didominasi oleh Industri Kecil dan Menengah yang tersebar di 101 sentra. Nilai ekspor batik dan produk batik selama periode Januari sampai dengan Agustus 2019 mencapai 20,54 juta dolar AS dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.

Industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di atas rata-rata dunia.

“Indonesia menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia. Perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai 479 miliar dolar AS menjadi peluang besar bagi industri batik untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” ungkap Agus.

Baca juga: Dinas Perpustakaan Buleleng terbitkan buku tentang kain endek
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019