Perusahaan minuman ringan, Coca-Cola, bersama para mitra (startup)  terus berupaya untuk membantu mencari solusi terkait dengan permasalahan kemasan plastik melalui inisiatif "Plastic Reborn" yang menjadi payung dalam berbagai inisiatif keberlanjutan dalam penanganan sampah plastik, hingga mewujudkan World Without Waste,

Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, dalam bincang-bincang "Plastic Reborn 2.0" di Sanur, Kota Denpasar, Jumat, menjelaskan acara tersebut merupakan upaya Coca-Cola Indonesia untuk memberikan pemahaman baru bahwa kemasan plastik pascakonsumsi dapat dimanfaatkan kembali atau menyulapnya agar memiliki nilai bisnis sehingga dapat tercipta sebuah ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
 
Melalui "Plastic Reborn 1.0", Coca-Cola telah berhasil mengedukasi lebih dari 4.300 siswa sekolah menengah atas (SMA) dan juga memfasilitasi pengumpulan kemasan plastik pasca konsumsi di lebih dari 100 titik sekolah dan universitas di kawasan Jakarta dan Bekasi yang kemudian telah dikelola dan diproses menjadi tas serbaguna bernilai komersial.

Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dari Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) bersama Ancora Foundation telah meluncurkan "Plastic Reborn 2.0" - sebuah lanjutan dari program kolaborasi yang menggandeng startup di bidang pengolahan sampah untuk membangun "marketplace" agar mendorong terbangunnya ekosistem ekonomi sirkular.

Baca juga: CCAI investasikan 24 juta dolar AS untuk Bali dan Indonesia Timur
 
"Di Plastic Reborn 1.0, kami mempelajari bahwa dasar pengelolaan sampah yang berkelanjutan adalah pengumpulan limbah kemasan (waste collection) yang tepat dan harus dimulai dari pemilahan di rumah tangga. Ini yang menjadi kerangka utama dari Plastic Reborn 2.0 adalah program kolaborasi dari para startup penggiat sampah yang akan bersinergi untuk membangun 'marketplace' yang lebih efisien untuk sistem persampahan dan daur ulang. Kegiatan ini berorientasi pada penggunaan teknologi, dengan pendekatan unik akselerasi bisnis berbasis kemasan plastik pasca-konsumsi," ujar Triyono.
 
Ancora Foundation sebagai mitra CCFI di Plastic Reborn berperan sebagai pelaksana yang memiliki fungsi untuk, yakni Engage (fase seleksi & pitching), Nurture (fase akselerasi) dan Advance (fase amplifikasi). Ancora Foundation telah mengidentifikasi dan menyeleksi 20 organisasi yang berfokus pada pemanfaatan teknologi dalam hal sistem pengumpulan dan recycling  sampah  di Indonesia untuk dapat masuk ke dalam program ini.
 
Sementara itu, Chief Operating Officer Ancora Foundation, Ahmad Zakky Habibie, menjelaskan tidak mudah bagi pihaknya dan CCFI dalam menyeleksi proposal yang masuk dari para penggiat sampah di Indonesia. Setelah melalui beberapa tahap memutuskan bahwa Clean Up, Mall Sampah dan Gringgo merupakan tiga startup terpilih dengan proposal bisnis terbaik yang akan bersama-sama menjalankan kolaborasi di Plastic Reborn 2.0.

Baca juga: Coca-Cola Amatil Indonesia galang dana untuk "Bali Beach Clean Up 2019"
 
PLASTIC REBORN 2.0 memberikan hibah (grant) kepada tiga startup terpilih sebesar total USD 250,000. Dana tersebut akan dimanfaatkan oleh ketiga startup terpilih untuk meningkatkan kapabilitas perusahaan serta mengembangkan model bisnis dalam hal sistem pengumpulan dan pemrosesan limbah yang lebih baik.

"Kami sangat bangga mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan Coca-Cola Indonesia dan Ancora Foundation. Plastic Reborn 2.0 merupakan sebuah program yang sejalan dengan misi Gringgo yaitu untuk mengembangkan sayap bisnis kami ke wilayah Indonesia lain melalui kolaborasi. Harapannya melalui program serta kolaborasi ini akan memperluas network serta membuka lebih banyak akses yang nantinya dapat mendukung Gringgo untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan sampah kami," kata Febri Pratama Putra, Chief Technology Officer & Co-Founder Gringgo.

Kemasan plastik pasca-konsumsi telah menjadi sebuah persoalan yang mendapat perhatian masyarakat global dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali jumlah timbunan (volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan) sampah di Bali terus meningkat tiap tahunnya.

Pada tahun 2016 terdata 12.892 meter kubik timbunan sampah dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 13.351,13 meter kubik per hari. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa kemasan plastik pasca konsumsi periode 2017-2018 menempati posisi setelah sampah sisa makanan dengan jumlah sebesar 7.04 persen.

Jika dilihat dari sudut pandang industri, plastik merupakan bahan baku yang memiliki nilai ekonomi di dalamnya, sehingga memiliki nilai manfaat ekonomi tidak hanya untuk industri tetapi juga untuk masyarakat. Dengan memahami potensi kemasan plastik pasca konsumsi serta pengumpulan dan pengelolaan sampah yang lebih tepat dapat bersama membantu mencari solusi untuk mendukung keberhasilan ekonomi sirkular di Indonesia.

Pewarta: Antaranews Bali

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019