Denpasar (Antara Bali) - Tidak ada rotan akar pun jadi. Pepetah yang cukup populer itu dimanfaatkan secara nyata oleh pengrajin Bali dengan memproduksi patung berbahan baku akar bambu untuk matadagangan ekspor.
"Awalnya kami kesulitan bahan baku kayu. Ternyata akar bambu yang banyak berada di pedesaan dan merupakan barang tidak berguna, setelah diolah bisa menjadi produk bernilai seni yang laku keras di pasar ekspor," kata Made Sukawana, pengrajin di Ubud, Kabupaten Gianyar, Selasa.
Akar bambu tersebut diolah menjadi berbagai jenis barang seni seperti berbentuk bebek, ayam, burung, babi. Konsumen yang menggemari produk kerajinan jenis itu di antaranya masyarakat Kanada, Australia, Jepang dan Amerika.
Kayu sebagai bahan baku patung maupun aneka kerajinan lainnya semakin langka dan mahal harganya. "Kami mengalihkan perhatian dengan memanfaatkan akar bambu, ternyata disenangi konsumen dan banyak diterbangkan ke luar negeri," ujarnya.
Pemilik toko aneka barang kerajinan di kawasan Ubud itu mengaku setiap bulannya bisa menjual puluhan ribu patung akar bambu kepada pemesan dari sejumlah negara.
Harga patung akar bambu itu bervariasi sesuai ukurannya yang umumnya kecil, yakni antara Rp50 ribu hingga Rp300 ribu per buah.
"Kami sampai sempat kekurangan bahan baku, sehingga mendatangkan akar bambu dari daerah Banyuwangi, Klaten dan Yogyakarta," ucap Made Sukawana.
Munculnya produk patung akar bambu menambah besar perolehan devisa kerajinan bambu dari Bali, yakni mencapai 8,2 juta dolar AS selama Januari-September 2011, naik 6,5 persen dari periode sama 2010 yang tercatat 7,7 juta dolar AS.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Awalnya kami kesulitan bahan baku kayu. Ternyata akar bambu yang banyak berada di pedesaan dan merupakan barang tidak berguna, setelah diolah bisa menjadi produk bernilai seni yang laku keras di pasar ekspor," kata Made Sukawana, pengrajin di Ubud, Kabupaten Gianyar, Selasa.
Akar bambu tersebut diolah menjadi berbagai jenis barang seni seperti berbentuk bebek, ayam, burung, babi. Konsumen yang menggemari produk kerajinan jenis itu di antaranya masyarakat Kanada, Australia, Jepang dan Amerika.
Kayu sebagai bahan baku patung maupun aneka kerajinan lainnya semakin langka dan mahal harganya. "Kami mengalihkan perhatian dengan memanfaatkan akar bambu, ternyata disenangi konsumen dan banyak diterbangkan ke luar negeri," ujarnya.
Pemilik toko aneka barang kerajinan di kawasan Ubud itu mengaku setiap bulannya bisa menjual puluhan ribu patung akar bambu kepada pemesan dari sejumlah negara.
Harga patung akar bambu itu bervariasi sesuai ukurannya yang umumnya kecil, yakni antara Rp50 ribu hingga Rp300 ribu per buah.
"Kami sampai sempat kekurangan bahan baku, sehingga mendatangkan akar bambu dari daerah Banyuwangi, Klaten dan Yogyakarta," ucap Made Sukawana.
Munculnya produk patung akar bambu menambah besar perolehan devisa kerajinan bambu dari Bali, yakni mencapai 8,2 juta dolar AS selama Januari-September 2011, naik 6,5 persen dari periode sama 2010 yang tercatat 7,7 juta dolar AS.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011