PT TransNusa Aviation Mandiri atau lebih populer dengan sebutan TransNusa Air Service adalah sebuah maskapai penerbangan domestik di Indonesia yang biasa melayani rute penerbangan di Indonesia timur, khususnya di wilayah Nusa Tenggara dan Bali.

Basis utama dari maskapai penerbangan ini adalah Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mulai meluncurkan penerbangan perdananya pada Agustus 2005.

Maskapai penerbangan domestik ini melayani rute penerbangan dari Bandara El Tari Kupang ke berbagai bandara lain di wilayah provinsi kepulauan NTT, seperti Bandara Mali di Kalabahi (Alor) dan Bandara Soa di Bajawa (Ngada).

Selain itu, Bandara H Hassan Aroeboesman Ende (Ende), Bandara Frans Seda di Maumere (Sikka), Bandara Gewayantanah Larantuka (Flores Timur), Bandara Frans Sales Lega di Ruteng (Manggarai), dan Bandara Komodo di Labuan Bajo (Manggarai Barat).

TransNusa juga melayani rute penerbangan Kupang-Bandara Umbu Mehang Kunda di Waingapu (Sumba Timur), Bandara Tambolaka di Tambolaka (Sumba Barat Daya), Bandara Lekunik Rote Ndao di Pulau Rote serta Bandara Wunopito Lewoleba di Kabupaten Lembata.

Maskapai penerbangan ini juga melayani rute penerbangan ke Bandara Ngurah Ray di Denpasar, Bali, dengan pesawat jenis F-50 dan sebuah pesawat jenis BAe-146 yang merupakan kerja sama dengan PT Aviastar Mandiri.

Pada Agustus 2011, TransNusa mendapat sertifikat operator udara sendiri (AOC) dan izin penerbangan komersial berjadwal, sehingga diperkenankan untuk melayani sejumlah rute penerbangan yang ada di wilayah NTT, NTB, dan Bali.

Baca juga: Tim Kemenhub tinjau calon lahan Bandara Bali Utara -Buleleng

Armada PT TransNusa Aviation Mandiri memiliki dua pesawat jenis ATR 72-7600 berkapasitas 78 penumpang, tiga  pesawat jenis Fokker 50 berkapasitas 58 penumpang, serta satu pesawat jenis F-70 berkapasitas 70 penumpang.

Maskapai penerbangan domestik ini sempat mengalami musibah di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta pada 4 April 2016 saat TransNusa Air Service dengan jenis ATR 42-600 bertabrakan dengan Batik Air Boeing 737.

Ujung kiri sayap Boeing 737 milik Batik Air patah dan terbakar, dan sayap ekor (rudder) ATR 42-600 milik TransNusa juga patah. Kedua pesawat ini bertabrakan saat Boeing 737 milik Batik Air hendak lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta. Namun, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Rute internasional
Setelah matang dalam melayani rute penerbangan domestik, TransNusa Air Service perlahan-lahan mulai mengepakkan sayapnya dengan melayani rute penerbangan internasional. Rute penerbangan internasional yang dipilih adalah negeri tetangga Timor Leste.

Pada 14 Juni 2019, maskapai penerbangan ini mulai melayani rute penerbangan internasional dari Bandara El Tari Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur menuju Bandara Internasional Nicolau Lobato Dili di Timor Leste, pergi pulang (PP).

Pada  14 Juni 2019 pembukaan rute penerbangan internasional Kupang-Dili yang dilayani maskapai penerbangan TransNusa Air Service dapat terealisasi,  kata General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara El Tari Kupang, Barata Singgih Riwahono.

PT Angkasa Pura Bandara El Tari Kupang menggelar kegiatan khusus untuk merayakan penerbangan perdana tersebut yang dihadiri pula oleh pemilik maskapai TransNusa Leo Budiman dan President Director TransNusa Risnandi Saepurahman untuk mengapresiasi pembukaan layanan penerbangan internasional tersebut.

Penerbangan perdana tersebut menggunakan pesawat jenis ATR 72-600 berkapasitas 78 penumpang menuju Bandara Internasional Nicolau Lobato Dili di Timor Leste.

Layanan penerbangan yang menghubungkan dua kota berbeda negara yang berada di Pulau Timor ini dilakukan  dua kali dalam seminggu yakni pada Senin dan Jumat.

Selaku pengelola Bandara El Tari Kupang, Barata bersyukur dan berterima kasih kepada TransNusa Air Service yang telah bersama menguatkan industri penerbangan saat kondisinya sedang menurun.

Baca juga: Imigrasi Ngurah Rai gunakan "autogate"

Menurut Barata tren penurunan penggunaan layanan penerbangan tersebut juga tampak dalam periode liburan Hari Raya Idul Fitri 2019 yang baru saja berlalu. "Karena itu pembukaan rute internasional ini merupakan angin segar bagi industri penerbangan agar kembali bergairah," katanya.

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josef Nae Soi malah meminta maskapai penerbangan tersebut untuk menambah frekuensi penerbangan ke Dili, dari dua kali dalam sepekan menjadi tiga kali dalam sepekan.

CEO PT TransNusa Aviation Mandiri Leo Budiman mengatakan permintaan Wagub NTT tersebut saat ia bersama delegasi dari Tmor Leste dan Indonesia bertemu dan berdialog dengannya pada Jumat (6/9) malam di Kupang.

Leo Budiman tampaknya tidak berkeberatan dengan saran dari Wagub NTT yang memintanya untuk menambah frekuensi penerbangan ke Dili, karena tingkat keterisian penumpang untuk rute Kupang-Dili dan sebaliknya kurang lebih 70 persen.

Terbang ke Darwin
Wagub Nae Soi juga sangat mendukung TransNusa Air Service untuk memujudkan konektivitas tiga negara, yakni Indonesia (NTT), Dili (Timor Leste), dan Darwin (Australia Utara) yang sempat terhubung beberapa tahun lalu.

TransNusa Air Service sendiri tampaknya sedang mempersiapkan diri untuk membuka rute penerbangan internasional Kupang-Darwin guna mewujudkan mimpi penyatuan tiga negara lewat penerbangan Kupang-Dili-Darwin, PP.

Pada Jumat (6/9) malam, delegasi dari Timor Leste yang dipimpin oleh Kepala Unit Misi dan Reprentatif, Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Joao Mendes Goncalves bersama perwakilan Bandara Internasional Nicolau Lobato, Timor Leste bertemu dengan Wagub  Nae Soi.

Baca juga: Menhub rencanakan sistem autonomous di Bali

Sementara itu dari Indonesia diwakili oleh Kepala Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Tenggara dan Asia Selatan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Devy Panggabean untuk mendiskusikan kerja sama di berbagai bidang, termasuk di antaranya sektor penerbangan.

Para pihak akhirnya bersepakat untuk mendukung rencana pembukaan kembali rute penerbangan Kupang-Darwin dengan terlebih dahulu melalui Dili untuk menghidupkan kembali komunitas di antara tiga negara yang sempat terhenti beberapa tahun lalu akibat politik Timor Timur.

"Untuk Darwin di Australia Utara, kami juga yang akan melayani jalur tersebut, yang saat ini sedang dipersiapkan segala macam administrasinya," kata CEO PT TransNusa Aviation Mandiri Leo Budiman.

Bagaimana pun, masyarakat NTT, Dili, dan Darwin adalah serumpun dengan persaudaraan yang erat, sehingga akan lebih sempurna bila ada transportasi udara langsung yang menghubungkan ke tiga kota tersebut untuk menyemai kembali rasa persaudaraan mereka yang putus akibat politik Timor Timur.

Pewarta: Laurensius Molan

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019