Puluhan delegasi se-Asia mengikuti "International Secondary Lead Conference" di Nusa Dua Bali, yang juga dihadiri oleh sekitar 30 pembicara ahli, dengan menyasar para peneliti, teknisi, dan pemasar yang banyak berkecimpung dalam aspek peleburan dan pemurnian timbal sekunder atau timah (berbahan logam). 

"Tujuan konferensi ini untuk berbagi dan juga meningkatkan pengetahuan tentang semua segmen industri yang vital, yang menghasilkan sebagian besar pasokan timah dunia. Dari pertemuan ini, kami akan menyatukan semua aspek peleburan timah sekunder, membahas desain pabrik, bagian - bagian peleburan, refraktori, desain burner, formasi dan polusi serta pengendalian lingkungan yang dirangkum dalam presentasi," kata Conference Chair, Mark Stevenson, di Nusa Dua, Bali, Senin.

Ia mengatakan bahwa melalui konferensi ini juga bertujuan untuk membuka diskusi tentang semua aspek operasi yang dilakukan pabrik maupun yang bersifat kontrol untuk memahami proses peleburan berbahan logam dalam industri untuk mendaur ulang produknya sendiri. 

Salah satu pembicara asal Cina, sekaligus merupakan Ketua Leoch International Ltd. yang didirikannya pada tahun 1999, Dong Li, menjelaskan Industri timah sekunder di Tiongkok, sejauh ini menghasilkan volume terbesar dari daur ulang dilihat secara global.

Pihaknya juga menjelaskan terkait dengan permasalahan utama yang dibahas adalah untuk menentukan asal dan volume memo baterai (berbahan logam) dalam berbagai tahap pemrosesan yang sekarang diperdagangkan di Asia.

Dong Li menuturkan bahwa perkembangan Industri Timah juga terjadi di luar China ini biasanya berkaitan dengan pengelolaan bahan bekas yang berasal dari baterai daripada perubahan signifikan dengan teknologi yang digunakan.

"Melalui persentasi ini nantinya akan membantu dalam mempertimbangkan perubahan yang telah dilakukan dalam hal mendaur ulang berbahan logam di Cina dan bagaimana tindakan ini dapat memengaruhi pasar domestik dan internasional untuk penjualan timah hitam," jelasnya. 

Dong Li mengatakan pada tahun 2017 Cina memiliki 1,93 juta ton cadangan timbal yang menyumbang 21,5 persen dari jumlah total di dunia. Setelah lebih dari sepuluh tahun pertumbuhan berkelanjutan, total investasi industri pertambangan timah dan seng di Cina mulai menurun dalam lima tahun terakhir.

Instabilitas peleburan timah dipengaruhi beberapa hal, diantaranya kapasitas produksi  timah utama dibatasi oleh pengumpulan syarat  perlindungan lingkungan dan kekurangan modal yang menonjol.

"Kualitas dan efisiensi produksi timbal dengan cara daur ulang menggunakan teknologi sebagai jalur produksi lebih rendah dari jalur produksi impor. Pembentukan saluran daur ulang adalah proses jangka panjang, jadi kalau kekurangan bahan baku tentu akan membatasi jumlah produksi," kata Dong Li saat mempresentasikan materinya.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019