PT Angkasa Pura II siap mendukung pengembangan Ibukota di Kalimantan Timur melalui Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dan Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, mengatakan perseroan telah memiliki rencana pengembangan kedua bandara itu agar dapat optimal mendukung ibu kota yang baru di Kaltim.
“Bandara Tjilik Riwut dan Supadio siap mendukung ibu kota Indonesia yang baru di Kaltim. Selain membangun infrastruktur untuk mendukung operasional bandara, AP II juga mengembangkan bandara dengan konsep ‘multiairport system’,” katanya.
Konsep “multi airport system”, lanjut Awaluddin, secara umum akan membuat operasional bandara saling mendukung satu sama lain sehingga penerbangan dapat optimal dalam mendukung pertumbuhan perekonomian suatu wilayah.
Pengembangan berkonsep “multi airport system” saat ini diimplementasikan di Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Husein Sastranegara (Bandung), dan Kertajati (Majalengka).
Terkait dengan pengembangan infrastruktur, di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, AP II menyiapkan investasi Rp480 miliar untuk pembangunan terminal baru seluas 20.553 meter persegi dan perpanjangan landasan pacu dari 2.600 meter menjadi 3.000 meter.
Saat ini Bandara Tjilik Riwut beroperasi dengan terminal baru seluas 29.124 meter persegi dan dapat menampung hingga 2.200 orang per hari.
Terminal baru itu dioperasikan oleh Angkasa Pura II sejak 28 Maret 2019. Sebelumnya, Angkasa Pura II memperolah hak pengelolaan Bandara Tjilik Riwut pada 19 Desember 2018 dari Kementerian Perhubungan.
Sementara itu untuk Bandara Supadio di Pontianak (Kalbar), AP II saat ini tengah memperpanjang runway menjadi 2.600 x 45 meter. Proyek tersebut sudah dimulai tahun ini dan ditargetkan tuntas dalam 1,5 tahun ke depan.
Perpanjangan landasan pacu bertujuan agar Supadio dapat melayani penerbangan pesawat berbadan lebar atau widebody seperti Airbus A330.
Seiring dengan itu, maka nantinya Bandara Internasional Supadio dapat melayani penerbangan langsung untuk ibadah umroh dan haji.
Awaluddin menuturkan pengembangan Bandara Tjilik Riwut dan Supadio, ditambah dengan implementasi konsep ‘multi airport system’ yang menyelerasakan rute penerbangan, akan sangat membantu pengembangan ibu kota yang baru di Kalimantan.
“Tentunya, AP II akan mengupayakan lebih banyak lagi penerbangan dari dan ke Kalimantan baik itu rute domestik mau pun rute internasional,” jelasnya.
AP II saat ini mengelola 16 bandara di seluruh Indonesia. Dalam waktu dekat, sebanyak tiga bandara lagi akan dikelola oleh AP II yaitu HAS Hanandjoeddin di Tanjung Pandang, Radin Inten II di Lampung, dan Fatmawati Soekarno di Bengkulu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019