Tumbuhan bajakah yang kini makin dikenal bisa menyembuhkan penyakit kanker ternyata juga tumbuh di beberapa wilayah hutan gambut atau rawa di Kabupaten Barito Timur, Kalimantah Tengah.

Warga Tamiang Layang, Markus (43) mengatakan, warga Dayak Ma'anyan menyebut bajakah dengan sebutan wakai artinya juga akar. Tanaman yang biasanya tumbuh menggantung itu kini ramai dicari warga setelah pelajar Palangka Raya menjadi juara dunia melalui hasil penelitian kayu bajakan sebagai obat kanker.

"Ada beraneka jenis bajakah atau eakai, diantaranya simawuket, kararaya, katatau tampirik, tuba dan kalawit. Semuanya ada di wilayah hutan di Barito Timur. Yang saat ini viral jenis kalawit," kata Markus di Tamiang Layang, Minggu (18/8).

Akar ada dua jenis, akar yang menancap ke dalam tanah seperti pasak bumi, sintuk madu, saluang belum laki dan perempuan dan penawar seribu, serta ada pula akar yang menjalar di permukaan tanah, merambat atau naik ke atas pepohonan, seperti kalawit.

Akar kalawit memiliki sifat menjalar dan merambat ke atas pepohonan seperti layaknya tali tamban bergelantungan. Aneka akar-akaran sudah menjadi obat khas suku dayak dari zaman nenek moyang.

"Air akar tersebut sudah menjadi konsumsi kami ketika berburu di pegunungan di hutan. Karena susah menemukan air maka kami minum air akar tersebut dengan memotongnya," katanya.

Markus mengingatkan, harus berhati-hati saat mengambil bajakah atau wakai. Tidak boleh langsung ditebang dan diminum karena jika ternyata itu adalah wakai tuba maka mengonsumsi airnya akan membuat sakit bahkan bisa meninggal dunia. Wakai tuba digunakan untuk menangkap ikan, dimana ikan akan pening dan timbul ke permukaan karena hilang kesadaran.

Warga Kecamatan Dusun Tengah, Bastanil menjadikan bajakah sebagai berkah karena banyak dipesan pembeli. Dia menjualnya dengan harga Rp250 ribu per batang dengan ukuran satu meter dengan diameter lima centimeter.

"Ada yang memesan secara online. Mereka minta dikirim ke daerah di Sumatera, Jawa dan wilayah lokal Kalimantan hingga Sulawesi," katanya.

Satu batang dengan ukuran satu meter yang dijual Bastanil memiliki berat bervariasi dari dua sampai empat kilogram, tergantung besar diameter. Pesanan pun bervariasi mulai hitungan gram, ons dan kilogram sesuai kemampuan pembeli.

Kepala Dinas Kesehatan Barito Timur dr Simon Biring MPG mengatakan, bajakah memiliki beberapa zat antioksi dan tinggi yang baik jika dikonsumsi untuk tubuh.

Simon membantah jika bajakah disamakan memiliki efek seperti kemoterapi yang akan berdampak pada kerontokan rambut dan lainnya. Menurutnya, zat yang terkandung sangat jauh berbeda dengan kemoterapi.

"Jika dikonsumsi sebagai tindakan preventif atau pencegahan untuk terhindar dari infeksi kanker atau pengobatan maka sangat baik. Saya juga mengonsumsinya di rumah," kata Simon Biring.

Simon mengakui, bajakah sangat mudah ditemukan di beberapa hutan di Kabupaten Barito Timur. Mantan kepala Dinas Kesehatan Katingan itu tidak setuju jika ada oknum yang memanfaatkannya menjual Bajakah dengan harga fantastis dari Rp1 juta hingga Rp2 juta per kilogram.

Pewarta: Kasriadi/Habibullah

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019