Selama perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali, peningkatan produksi terjadi pada Gula Dawan yang menjadi khas dari banjar Kawan, Desa Besan, Kecamatan Dawan, Klungkung ini.

"Iya jelas kalau sudah Rari Raya Galungan apalagi Kuningan, pengepul yang akan menjual ke pasar itu makin meningkat, ada juga pembeli yang langsung membeli di saya juga naik harganya," kata Pengrajin Gula Merah, Ni Luh Wirasmini, di Klungkung, Jumat.

Ia mengatakan pembelian dari gula Dawan ini, selalu meningkat selama Galungan dan Kuningan, baik digunakan untuk bahan jajan, sirup dan menu lainnya. Sebagai pengrajin dari gula merah khas Dawan, Klungkung, Wirasmini memasarkan produknya seharga Rp25.000 meningkat menjadi Rp30.000 saat hari raya.

Kemudian, para pengepul yang akan menjual kembali gula merah tersebut, akan memasarkan dengan harga yang meningkat. Para pengepul yang sudah menjadi langganan hasil produksi gula merah dari Wirasmini akan memasarkan ke pasar di Klungkung, Denpasar dan kabupaten lainnya yang juga menjadi langganan dari Gula Dawan Klungkung.

"Biasanya ketika dijual oleh pengepul harganya kembali meningkat, kalau dari pembuatnya dipatok Rp30.000 semua, nanti setelah di pengepul tergantung akan dipasarkan berapa,"ujar Wirasmini.

Gula merah berbahan dasar dari "nira" kelapa, atau yang lebih dikenal dari "tuak" dengan melewati proses selama kurang lebih 4-5 jam. Sedangkan untuk kesulitannya, apabila cuaca tidak menentu, seperti hujan dan angin kencang akan mempengaruhi jumlah produksi.

Hal ini dikarenakan pihaknya masih mengerjakan gula merah ini dengan cara tradisional baik dari kayu bakar, apabila hujan kayu bakar akan kembali langka dan pohon kelapa juga licin ketika dipanjat.

"prosesnya dari awal memanjat cari nira kelapa, udah habis dipanjat, nira nya direbus sampai mengental, terus diangkat dan langsung diaduk, jangan dibiarkan karena gula yang mengental itu akan cepat mengeras, jadi setelah diaduk langsung dipindahkan kedalam cetakan," ujar Wirasmini.



Wirasmini menuturkan, bahwa pihaknya mengerjakan gula merah ini bersama suaminya sejak tahun 1988. Setiap harinya, terdapat sekitar 13 - 20 pohon kelapa yang dipanjat dengan hasil 5 kg - 10 kg gula merah.

Namun, ketika hari raya Galungan dan Kuningan, pihaknya mengaku bisa memproduksi dua kali lipat dari porsi biasanya. Dalam satu hari, dilakukan dua kali periode untuk memperoleh kelapa, yaitu pada pagi dan sore hari.

Menurutnya, selama perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, keberadaan Gula Oplosan juga semakin marak peredarannya. Untuk itu, pihaknya menghimbau agar berhati - hati dalam pembelian gula merah, dengan harga murah di pasaran.

"Kalau gula oplosan rasanya lebih asin, aromanya juga amis, teksturnya juga lebih keras, biasanya gula oplosan ini berbahan dari gula jawa diolah lalu dicampur sama air dan direbus dan cetak menyerupai gula merah khas Dawan, mungkin bagi yang belum paham akan susah membedakan, dan biasanya dijual murah Rp18.000 di pasar - pasar," katanya.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019