Psikolog Retno IG Kusuma menilai kecanduan "sukan daring" ("game online") memiliki makna yang setara dengan kecanduan narkoba, karena itu kecanduan gim digital sering disebut sebagai Narkolema (Narkoba lewat mata).

"Ketika seseorang yang sudah kecanduan 'game online' bisa merujuk pada tindak kriminal, misalnya saja saat si pecandu ini memainkan sebuah permainan yang menuntut harus membeli senjata-senjata dan sebagainya, tapi si pecandu ini malah kekurangan duit, kemudian mulailah belajar dari berbagai macam yang ada di internet, bobol ATM, penipuan, nah jadi kecanduan ini sering disebut sebagai Narkolema," jelas Kepala Pusat Layanan Psikologi "Pradnyagama" Denpasar, Psikolog Retno IG Kusuma, di Denpasar, Minggu.

Kepala Sub Psikologi di RSUPSanglah Denpasar itu menambahkan bahwa jika seseorang berada pada tahap kecanduan dari "sukan daring" (Game Online), berarti telah terjadi kerusakan yang sama, seperti kerusakan saat kecanduan mengonsumsi Narkoba.

Selain itu, pada bagian psikologinya terjadi masalah yang disebabkan karena terlalu sering terpapar "sukan daring" tersebut. Dalam hal ini, terpapar "sukan daring" dapat mempengaruhi otak secara psikis dan dapat menimbulkan respons yang dapat dikatakan tidak normal.

Menurutnya, kecanduan "sukan daring" juga dapat terjadi pada siapapun, terutama bagi seseorang yang sedang mengalami depresi dan frustasi, dengan memilih pengalihan pada "sukan daring".

Saat memilih untuk bermain "sukan daring" tersebut, biasanya para pemain menemukan tantangan baru dan juga kepuasan berupa hormon endorfinnya meningkat, sehingga mendorongnya untuk terus bermain.

Baca juga: Psikolog: "sukan daring" bisa sebabkan remaja rentan alami gangguan jiwa
Retno menambahkan kebiasaan bermain "sukan daring" secara terus menerus dapat menyebabkan kesulitan dalam mengontrol waktu bermain. Dapat dikatakan telah mengalami kecanduan, ketika aktivitas lain menjadi tidak penting dan lebih mengutamakan gim digital tersebut.

"Jadi kalau udah yang namanya, hampir seharian main "sukan daring" mesti diwaspadai, apalagi dilakukannya secara terus menerus, karena akhirnya, akan membawa dampak yang negatif dalam kehidupan sosialnya, jadi jangan sampai kita yang diatur teknologi, tapi harusnya kita yang pintar mengelola teknologi itu," terangnya.

Retno menjelaskan bahwa secara tidak sadar, saat bermain "sukan daring", para pemain akan memberikan antensi lebih dan fokus untuk dapat menyelesaikan permainan tersebut, sehingga bayangan permainan secara visual terekam jelas di memori si pemain, untuk terus mencoba dan menyelesaikan "sukan daring"-nya.

Baca juga: WHO tetapkan Kecanduan game adalah penyakit

Bermain "sukan daring" secara berlebihan dapat berujung pada gangguan psikis seseorang, hingga tumbuh kondisi yang emosional, yang dapat memicu tindakan agresif. Gambaran dalam permainan yang terekam otak seseorang yang sedang kecanduan "sukan daring" hampir menyerupai adiksi atau pengaruh narkoba.

"Biasanya bagi para pecandu "sukan daring" ini, kita lakukan pendekatan tentang masalahnya, dan juga diberikan obat secara rutin, hingga kondisinya kembali membaik," ujar Psikolog Retno.
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019