Shintaro Mochizuki membuat sejarah, Minggu, menjadi petenis Jepang pertama yang memenangi gelar tunggal putra junior Grand Slam, dengan mengalahkan Carlos Gimeno Valero dari Spanyol 6-3, 6-2 pada final Wimbledon.

Petenis berusia 16 tahun, yang baru memainkan turnamen lapangan rumput ketiganya itu, mengikuti juara tunggal putri junior 1969 Kazuko Sawamatsu dalam menjuarai Grand Slam lapangan rumput tersebut.
Baca juga: Nadal akui tampil tak maksimal
Baca juga: Halep kalahkan Svitolina menuju final Wimbledon

Mochizuki mengatakan, ia telah belajar banyak dari rekan senegaranya, finalis US Open 2014 Kei Nishikori.

"Dia sangat baik," kata Mochizuki dikutip AFP, Minggu. "Ia memberi saya banyak saran.

"Seperti kadang-kadang saya berlatih bersama dia. Saya belajar banyak dari dia. Yeah, ia cerdas."

Nishikori, sembilan kali perempat finalis Grand Slam, segera mengunggah pada Twitter memberi selamat rekan senegaranya.

"Selamat kepada @ShintaroMOCHIZU! Turnamen yang luar biasa," cuit bintang asal Jepang itu, menambahkan ikon jempol, ikon lengan ditekuk serta beberapa bendera.

Namun, bukan petenis berusia 29 tahun Nishikori yang menjadi idolanya.

"Roger Federer, saya suka menyaksikannya di TV, yeah," katanya.

"Saya tidak ingin mengkopi dia, tapi saya suka menyaksikan dia."

Mochizuki mengatakan ia sangat sadar terhadap kekalahannya di French Open ketika ia memimpin 5-2 pada semifinal hanya untuk kalah.

Ia mengatakan, momen pentingnya adalah ketika ia unggul satu set namun dipatahkan servisnya pada awal set kedua dan berhasil bertahan.

"Pada set pertama, saya dipatahkan dua kali," katanya.

"Saya sering ingin mempertahankan service game saya. Itu bagus. Saya bermain sangat sulit.

"Ia memperoleh beberapa break point, tapi saya hanya mengusahakan yang terbaik untuk mempertahankan service game saya.

"Ya, ini pertandingan yang sangat penting bagi saya."

Mochizuki mengakui belum terbiasa bermain di depan begitu banyak orang di Lapangan Satu telah membuatnya enggan tampil di hadapan mereka.

"Saya malu, sehingga ini seperti, mengapa saya harus melakukannya?," katanya.

"Tetapi itu menyenangkan. Begitu banyak orang di sana. Saya agak gugup."

Akan tetapi, begitu berada di lapangan ia malah menikmati bermain-main dengan penontonnya, dengan satu smes lompat menjadi hiburan spesial bagi penonton.

"Ini kesempatan besar untuk melakukannya, maka saya hanya melakukannya untuk hiburan," katanya.

"Ini bola yang mudah. Saya hanya ingin membuat orang senang menyaksikan saya."

 

Pewarta: Fitri Supratiwi

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019