Salah satu operator taksi di Indonesia, PT Blue Bird Group, melalui program "Kawan Blue Bird" memberikan kesempatan melakukan kerja sama operasional (KSO) kepada operator kendaraan taksi lainnya, karena akhir-akhir ini marak pemalsuan nama dan logonya, sehingga menimbulkan kerugian dan kenyamanan masyarakat pengguna.
"Karena dengan kejadian tersebut memberikan dampak negatif terhadap citra Blue Bird Group, sebab kami seringkali mendapat pengaduan dari pelanggan yang merasa dirugikan oleh taksi yang mencatut nama dan logo taksi itu," kata General Manager Blue Bird area Bali-Lombok, I Putu Gede Panca Wiadnyana di Jimbaran, Bali, Selasa.
Ia mengatakan dengan maraknya kejadian tersebut, pihaknya ingin mengedukasi pelanggan atau masyarakat dari upaya-upaya mengelabui dari perbuatan mereka (pemalsu nama dan logo Blue Bird).
Panca Wiadnyana didampingi kuasa hukumnya Ketut Mulya Arsana mengatakan bahwa upaya-upaya hukum telah dilakukan demi memenuhi harapan pelanggan serta tetap menjaga nama baik Blue Bird.
"Yang ingin kami kedepankan saat ini adalah bagaimana mengakomodasi rekan-rekan pengelola taksi lain untuk memiliki nama baik (brand) yang bagus dan menjual. Sama halnya dengan sistem waralaba. Hal serupa yang kami tawarkan kepada pengelola taksi di Bali," ucapnya.
Dikatakan, melalui "Kawan Blue Bird" pengelola taksi diberikan kesempatan untuk menggunakan brand Blue Bird, namun dengan tetap mengikuti semua standar yang telah ditetapkan perusahaan Blue Bird.
"Daripada sembunyi-sembunyi, kerja sama saja dengan kami. Dengan 'Kawan Blue Bird' ini, tentunya semua standarnya harus sama. Mulai dari standar kendaraan sampai dengan standar pelayanan," ujarnya.
Baca juga: Taksi Blue Bird tingkatkan pelayanan wisatawan di Bali
Panca Wiadnyana menjelaskan bahwa di luar Pulau Bali sendiri, program ini telah dijalankan seperti di Yogyakarta, yakni dengan Palaga Taksi dan di Bandung dengan Rina-Rini Taksi.
"Salah satu hal yang bisa dirasakan ketika bergabung dalam program tersebut adalah perusahaan bisa mendapatkan kepercayaan dari investor termasuk juga bank," katanya.
Baca juga: PLN pasok kelistrikan E-Taxi Blue Bird
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Karena dengan kejadian tersebut memberikan dampak negatif terhadap citra Blue Bird Group, sebab kami seringkali mendapat pengaduan dari pelanggan yang merasa dirugikan oleh taksi yang mencatut nama dan logo taksi itu," kata General Manager Blue Bird area Bali-Lombok, I Putu Gede Panca Wiadnyana di Jimbaran, Bali, Selasa.
Ia mengatakan dengan maraknya kejadian tersebut, pihaknya ingin mengedukasi pelanggan atau masyarakat dari upaya-upaya mengelabui dari perbuatan mereka (pemalsu nama dan logo Blue Bird).
Panca Wiadnyana didampingi kuasa hukumnya Ketut Mulya Arsana mengatakan bahwa upaya-upaya hukum telah dilakukan demi memenuhi harapan pelanggan serta tetap menjaga nama baik Blue Bird.
"Yang ingin kami kedepankan saat ini adalah bagaimana mengakomodasi rekan-rekan pengelola taksi lain untuk memiliki nama baik (brand) yang bagus dan menjual. Sama halnya dengan sistem waralaba. Hal serupa yang kami tawarkan kepada pengelola taksi di Bali," ucapnya.
Dikatakan, melalui "Kawan Blue Bird" pengelola taksi diberikan kesempatan untuk menggunakan brand Blue Bird, namun dengan tetap mengikuti semua standar yang telah ditetapkan perusahaan Blue Bird.
"Daripada sembunyi-sembunyi, kerja sama saja dengan kami. Dengan 'Kawan Blue Bird' ini, tentunya semua standarnya harus sama. Mulai dari standar kendaraan sampai dengan standar pelayanan," ujarnya.
Baca juga: Taksi Blue Bird tingkatkan pelayanan wisatawan di Bali
Panca Wiadnyana menjelaskan bahwa di luar Pulau Bali sendiri, program ini telah dijalankan seperti di Yogyakarta, yakni dengan Palaga Taksi dan di Bandung dengan Rina-Rini Taksi.
"Salah satu hal yang bisa dirasakan ketika bergabung dalam program tersebut adalah perusahaan bisa mendapatkan kepercayaan dari investor termasuk juga bank," katanya.
Baca juga: PLN pasok kelistrikan E-Taxi Blue Bird
Editor : Edy M Yakub
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019