Rohaniawan Katolik yang juga imam katolik pertama asal Bali, Pater Drs Servatius Subhaga SVD, menyebutkan agama dimana pun berada harus menyapa budaya setempat.

"Orang Bali dengan agama Hindu yang sangat homogen, lalu orang Katolik di Bali itu sangat heterogen. Ada China, ada Flores, ada Manado, ada Batak, ada Jawa. Disitulah harmonisasi harus dicapai, makanya saya pernah menyelenggarakan Saint Joseph Harmony Festival sejak delapan tahun lalu," ujarnya di Gereja Ubung Denpasar, Senin (8/7).

Saat ditanya soal tantanganya dalam pewartaan inkulturasi ajaran gereja katolik dengan kebudayaan Bali yang sudah dianutnya sejak lama, anggota Serika Sabda Allah (SVD) tersebut mengaku tantangan terbesar selama menjadi imam di Keuskupan Denpasar adalah bagaimana proses inkulturasi itu dilakukan dalam konteks agama Hindu yang sangat homogen dan umat katolik di Bali yang sangat heterogen.

Dalam festival yang diadakan itulah, pria dengan nama asli I Nyoman Rongsong itu berupaya membangun dialog budaya antara ajaran gereja dengan kebudayaan setempat. "Inkulturasi itu tidak mudah. Agama itu hanya satu tetapi dia harus berjumpa dengan ribuan hadirat adanya. Di Bali, hal itu memang benar adanya," kata pastor yang lahir di Tuka Bali itu.

Dalam hal inkulturasi, ia terus mengubah dan mengakarkan ajaran gereja ke dalam budaya setempat melalui festival dengan beberapa karyanya antara lain Tarian Yesus Gembala Baik, Magnificat dan Pemuji Bunda Maria yang pernah dipentaskan di Pesta Kesenian Bali (PKB) pada beberapa tahun lalu. Para penarinya adalah para gadis beragama Hindu dengan struktur pewartaan yang jelas.

Selain itu, Romo Subhaga juga memasukan unsur seni dan budaya Bali ke dalam tata liturgi gereja katolik yang sangat kental. Bangunan gereja katolik, baik yang ada di Kepundung Denpasar, maupun yang ada di Ubung Denpasar sangat kaya dengan simbol-simbol Bali. "Iman katolik harus terus menerus membuka ruang dialog dengan budaya Bali sehingga iman katolik itu benar-benar berakar dan membumi di Bali," ujarnya.

Baca juga: Azyumardi Azra: kerukunan beragama Indonesia terbaik
Baca juga: Wagub Bali harapkan pemuka agama Hindu tuntun umat

Tepat tanggal 9 Juli 2019, Romo Subhaga merayakan syukuran 50 tahun Imamat. Sepanjang karyanya sebagai imam katolik dan anggota SVD, Romo Subhaga terus bertugas di Bali. Peristiwa bersejarah itu diawali dengan bedah buku  dan Salve Agung pada 8 Juli 2019 yang berlanjut dengan perayaan ekaristi meriah di Gereja Gembala Baik Ubung Denpasar.

Sejarah hidupnya sedikit unik. Putra dari pasangan Hindu I Wayan Gulis dan Ni Made Rente. Waktu masih dalam kandungan diramalkan oleh  “orang pintar” tak akan selamat. Atas usul salah seorang umat yang sudah dibaptis katolik kepada orang tuanya, anak itu dibuang di perempatan Batulumbung  lalu dipungut kemudian dibaptis menjadi katolik dengan nama Servatius.  Anak itu tumbuh sehat dan apa yang diramalkan orang pintar tidak menjadi kenyataan.

Tahun 1946, ia menjalani pendidikan di Sekolah Rakyat Untal-Untal dan ketika Sekolah Rakyat Tuka didirikan ia pindah saat kelas IV dan menyelesaikannya pada tahun 1951. Servas yang baru menyelesaikan pendidikan di SD rupanya mendengar bisikan panggilan hidup untuk menjadi imam katolik melalui SVD.

Pada tahun 1952, ia meninggalkan kampung Tuka Bali menuju Mataloko di Ngada Flores. Setahun kemudian ia kembali ke Tuka Bali karena Pater Nobert Shadeg telah mendirikan SMP Seminari Roh Kudus  di Tangeb. Servas berhasil menyelesaikan Seminari Roh Kudus 1953 sampai 1955. Ia pun melanjutkan pendidikan di SMA Seminari Mertoyudan Magelang Jawa Tengah. Kuliah Filsafat dan Teologi digeluti di Ledalero Maumere. Setelah itu ditahbiskan menjadi imam SVD oleh Mgr. Dr. Paulus Sani Kleden,SVD di Gereja Katolik Roh Kudus Babakan pada 9 Juli 1969.

Ia pun memilih motto “Seorang imam dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan dengan Allah, supaya mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa” (Ibr 5:1). Setelah ditahbiskan, atas saran seorang tokoh umat ia mengganti nama  menjadi Servatius Subhaga  sampai saat ini.

Baca juga: Umat Buddha Denpasar hadiri upacara Pattidana
Baca juga: Menteri Agama Apresiasi Perkembangan Pasraman Formal Hindu

Sejak tahun 1976 Pater Servatius Subhaga,SVD  berkarya sebagai Pastor Paroki Santo Yoseph Denpasar yang waktu itu wilayahnya mencakup sebagian besar Bali Timur antara lain Kota Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Monang Maning, Gianyar, Klungkung, Bangli dan Karangasem.

Saat ini telah berkembang menjadi Paroki Katedral, Paroki Fransiskus Xaverius Kuta, Paroki Monang Maning, Paroki Gianyar, Stasi Klungkung dan Stasi Amlapura. Tahun 2017 lalu Pater Servas dipercayakan  sebagai Pastor Rekan dan bertempat tinggal di Gereja Yesus Gembala Yang Baik Ubung.

 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019