Ketua Alumni SMA Jakarta bersatu (ASJB) Nanda Abraham menegaskan rekonsiliasi ideologis perlu diutamakan pasca pemilihan presiden (pilpres) 17 April 2019.

“Yang penting dilakukan saat ini adalah rekonsiliasi secara ideologi, jadi kalau rekonsiliasi hanya untuk kepentingan kekuasaan, itu namanya bagi-bagi kue,” kata Nanda di Jakarta, Senin.
 

Menurut dia, rekonsiliasi harus dipisahkan menjadi dua bagian yakni rekonsiliasi ideologi dan rekonsiliasi kekuasaan.

Rekonsiliasi ideologis harus ada satu garis yang jelas, untuk orang-orang yang Pancasilais dan anti-Pancasila yang saat ini cukup banyak.

Mereka yang Pancasilais selalu berpikir tentang persatuan dan kesatuan, tetap menjaga kebinekaan serta mengimplementasikan sila-sila Pancasila, sehingga semua dapat menjalankan agama dan kepercayaan masing - masing dan kita menjadi masyarakat yang toleran.

“Kalau ada sekelompok masyarakat yang anti tentang itu, jelas mereka anti-Pancasila dan anti-toleransi,” jelas Nanda.

Sementara, rekonsiliasi kekuasaan, ada sekelompok orang yang memilih deal-deal politik, yang sebelumnya bermusuhan sekarang berkawan lagi dan duduk bersama untuk kepentingan mereka.

Baca juga: DKPP Bacakan 13 Putusan Sengketa Pasca-Pilpres
Baca juga: Menakar kabinet jilid II Jokowi lima tahun kedepan

Nanda meyakini Presiden Joko Widodo sebagai orang yang pandai, tahu dan paham memilih, siapa-siapa yang akan membantunnya nanti menjalankan pemerintahan di periode kedua.

“Sebaiknya ada filterisasi rekam jejak,” katanya.

Menurut Nanda, partai politik sebagai penyaring untuk menghasilkan kader sekarang tidak lagi berfungsi seperti semestinya yakni menyalurkan orang-orang sebagai negarawan.

Kondisinya, kata dia, yang banyak dilahirkan dari parpol adalah politikus.

“Dengan sistem sekarang, orang bisa lompat dari partai satu ke partai yang lain, ini menjadi persoalan karena yang ada hanya kepentingan pribadi,” tegas Nanda.
 

Pewarta: Fauzi

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019