Sang maestro seni ukir Made Ada mengaku seni ukiran Burung Garuda ditekuni sejak kecil dengan keuletan dan kemampuan belajar dari otodidak hingga kni akhirnya menembus Istana Kepresidenan RI.

"Di zaman dahulu, ukiran kayu terbaik bahkan diberikan secara khusus sebagai elemen dekoratif di dalam bangunan kuil, istana, dan artefak yang dimanfaatkan dalam upacara adat keagamaan," kata sang maestro di "Museum Ada" Pakudui, Kabupaten Gianyar Bali, Sabtu.

Made Ada menekankan pentingnya kemampuan para seniman ukiran kayu Bali agar tetap mampu mengejawantahkan filosofi nilai budaya Bali yang unik dan memiliki nilai seni tinggi adalah setiap karya seni yang tercipta tidak dapat terlepas dari filosofi Bali dan memiliki cerita budaya serta sejarahnya masing-masing.

"Misalnya Tri Kaya Parisuda yang berarti tiga tindakan sakral manusia untuk berpikir, berbicara dan bertindak secara baik dan benar," ujar sang maestro yang dalam usia menginjak 71 tahun tetap berkarya di "bengkel" ukirannya dengan didampingi juga para pengukir lainnya selaku anak didiknya.

Selain itu, Made Ada menekankan pentingnya kemampuan para seniman ukiran kayu Bali dapat tetap eksis dalam perkembangan zaman. Karena karya seni ukir adalah bagian dari kebanggaan bangsa dan daerah.

"Yang ada di sini para mengukir semuanya sejak mereka masih muda sudah belajar di sini, maka sekarang pun saya ajak disini. Tapi bagian terpenting, seperti ide dan desain dari patung Garuda, tetap ada pada saya," katanya.

Seorang pengunjung, Nico Safavi dari Coo Mowilex juga kagum dengan karya sang maestro Made Ada yang membuat karya patung Garuda sampai menembus Istana Kepresidenan RI, bahkan karyanya juga dipajang di sejumlah negara.

"Saya kagum dengan sang maestro pengukir kayu pak Made Ada. Mereka ulet dan tekun berkarya pada satu tema dalam ukirannya, yakni Garuda," katanya.
 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019