Harga minyak global turun pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah sumber-sumber mengatakan OPEC mungkin akan meningkatkan produksi mulai Juli, jika pasokan dari Venezuela dan Iran jatuh lebih jauh dan harga-harga terus menguat.

Persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang meningkat juga menyeret minyak berjangka AS turun lebih dari satu dolar AS per barel. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 1,03 dolar AS menjadi menetap pada 63,58 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 0,90 dolar AS menjadi ditutup pada 70,83 dolar AS per barel, di London ICE Futures Exchange.

"Sekarang ada petunjuk bahwa OPEC dapat mengejutkan kami dan meningkatkan produksi secara pre-emptive (lebih dulu) jika kami mendapatkan lonjakan harga," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mungkin akan meningkatkan produksi minyak mulai Juli, jika pasokan Venezuela dan Iran turun lebih jauh dan harga-harga terus menguat, karena perpanjangan pengurangan produksi dengan Rusia dan sekutu lainnya dapat membuat pasar terlalu ketat, sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan.

Produksi minyak mentah Venezuela telah turun di bawah satu juta barel per hari (bph) akibat sanksi-sanksi AS, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Kamis (11/4/2019), bahkan di bawah 960.000 barel per hari yang dilaporkan OPEC pada Rabu (10/4/2019).

Pasokan Iran bisa jatuh lebih jauh setelah Mei, jika seperti yang diperkirakan banyak orang, Washington memperketat sanksi-sanksi terhadap Teheran.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia akan bertemu di Wina pada 25-26 Juni untuk menetapkan kebijakan mereka.

Produksi secara keseluruhan dari OPEC, yang telah sepakat dengan sekutunya untuk menahan 1,2 juta barel per hari minyak mentah dari pasar sejak awal 2019, turun 550.000 barel per hari pada Maret menjadi 30,1 juta barel per hari, kata IEA.

Badan itu, yang mengoordinasikan kebijakan energi negara-negara maju, melihat persediaan minyak di negara-negara industri turun pada Februari sebesar 21,7 juta barel, menempatkan persediaan 16 juta barel di atas rata-rata lima tahun mereka.

Kekhawatiran pasar bahwa OPEC dapat meningkatkan produksi menambah kekhawatiran bahwa produksi minyak mentah AS sedang meningkat.

Persediaan minyak mentah AS melonjak tujuh juta barel ke level tertinggi 17-bulan di 456,6 juta barel pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (10/4/2019).

Produksi minyak mentah AS tetap pada rekor 12,2 juta barel per hari, menjadikan Amerika Serikat sebagai produsen minyak terbesar di dunia di atas Rusia dan Arab Saudi.

Produksi yang melonjak dan pemadaman kilang-kilang regional telah menekan harga-harga nilai tunai, memberikan lebih banyak tekanan pada minyak mentah AS, kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS di Midland, pada Kamis (11/4/2019) diperdagangkan dengan diskon terbesar terhadap berjangka dalam hampir empat bulan, setelah Phillips 66 menutup satu unit untuk pemeliharaan di kilang Borger, Texas, menambah tumpukan barel ketika produksi naik.

Penjualan mengalami percepatan pada Kamis (11/4/2019) pagi karena minyak mentah AS turun di bawah 63,71 dolar AS per barel, tingkat signifikan secara teknis, di mana beberapa dana telah berhenti di tempat, memicu penjualan otomatis, kata Yawger.
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019