Festival Wastra Nusantara yang digelar di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor, Jawa Barat pada 8-14 April 2019 akan menjadi awal dari perjalanan panjang kain-kain Nusantara mengelilingi museum di seluruh pelosok negeri.

Hal ini dikatakan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Hilmar Farid terkait rencana road show Festival Wastra Nusantara di sejumlah museum di Indonesia.

"Segera setelah ini. Bulai Mei, Juni, kita sudah komunikasi dengan sejumlah museum negeri. Skalanya sangat bergantung teman-teman di lokal nanti karena ada berbagai isu yang perlu didiskusikan seperti masalah keamanan," kata Hilmar usai pembukaan Festival Wastra Nusantara, Senin.

Meski demikian, Hilmar memastikan akan ada wastra koleksi ibu negara di setiap pamerannya nanti yang akan didampingi oleh wastra dari para kolektor lokal atau kepala daerah.

"Nanti akan diseleksi koleksi ibu negaranya yang akan muter terus. Jadi di tiap museum di daerah itu koleksinya sama koleksi ibu negara tapi didampingi oleh koleksi gubenur, bupati, walikota, dan sebagainya," kata Hilmar.

Dia menilai, pengenalan kembali wastra ini sangat penting agar nilai-nilai dan filosofi yang dikandung dalam sebuah wastra bisa kembali lekat dengan generasi saat ini dan yang akan datang.

Hilmar pun tak memungkiri kalau di era perkembangan teknologi digital seperti saat ini, perlu usaha ekstra untuk mengakrabkan kembali wastra. Namun, dia cukup optimistis lewat upaya ini akses pengenal wastra oleh generasi muda bisa lebih mudah.

"Memang perlu waktu untuk mengenali dan seterusnya. Tapi saya percaya kalau ini dibawa keliling paling tidak membuka akses pada masyarakat luas terutama generasi muda," ucap dia.

Dia pun menegaskan kalau nilai yang ada pada wastra harus terus ditransmisikan dari generasi ke generasi. Dan lewat pameran yang nanti akan masif di sejumlah museum ini, akan membuka peluang yang sangat besar untuk pengembangan wastra ke depan.

"Pesannya aktualisasi kekayaan wastra kita di masa sekarang. Karena apa yang disebut tradisi hari ini adalah inovasi masa lalu. Sama kayak sekarang kita ajak ini bahannya, simbolnya, maknanya, kalau itu dibuat ke bentuk-bentuk baru yang sekarang enggak kita pikirkan itu justru bagus," ucap dia.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019