Semarapura (Antara Bali) - Upacara ngaben atau pembakaran jenazah korban perahu tenggalam, di Banjar Sebunibus, Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, Minggu, diwarnai suasana haru keluarga korban.
Suasana haru dan sedih dengan tangisan anggota keluarga menyelimuti upacara pengabenan atau pembakaran jenazah korban perahu "Sri Rejeki" yang tenggelam pada Rabu (21/9) dini hari.
Pengabenan yang dilakukan di "Setra" atau kuburan Sebunibus itu menggunakan dua konsep "sawa preteka" atau pembakaran mayat yang baru tanpa pernah dikubur.
Pada pengabenan itu hanya dibakar dua mayat yakni mayat Mangku Ayu dan Ketut Gde Suradnya. Sedangkan empat lainnya yakni I Ketut Ginastra, I Wayan Musti, I Made Ngaji, I Made Riawan diaben tanpa mayat, karena sampai saat ini belum diketemukan.
Ritual pengabenan itu tidak menggunakan sulinggih, namun pemangku Dalem Ped yakni Mangku Rame.
Mangku Rame pada kesempatan itu mengaku tabah walaupun semua anaknya meninggal.
Ia berharap agar lima anggota lainnya bisa diketemukan setelah upacara pengabenan itu dilaksanakan.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Suasana haru dan sedih dengan tangisan anggota keluarga menyelimuti upacara pengabenan atau pembakaran jenazah korban perahu "Sri Rejeki" yang tenggelam pada Rabu (21/9) dini hari.
Pengabenan yang dilakukan di "Setra" atau kuburan Sebunibus itu menggunakan dua konsep "sawa preteka" atau pembakaran mayat yang baru tanpa pernah dikubur.
Pada pengabenan itu hanya dibakar dua mayat yakni mayat Mangku Ayu dan Ketut Gde Suradnya. Sedangkan empat lainnya yakni I Ketut Ginastra, I Wayan Musti, I Made Ngaji, I Made Riawan diaben tanpa mayat, karena sampai saat ini belum diketemukan.
Ritual pengabenan itu tidak menggunakan sulinggih, namun pemangku Dalem Ped yakni Mangku Rame.
Mangku Rame pada kesempatan itu mengaku tabah walaupun semua anaknya meninggal.
Ia berharap agar lima anggota lainnya bisa diketemukan setelah upacara pengabenan itu dilaksanakan.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011