Desa adat Kuta, Badung, Bali, menyelenggarakan Festival Budaya Desa Adat Kuta 2019 sebagai wujud komitmen untuk tetap menjaga adat istiadat di tengah gempuran budaya modern.

"Festival budaya ini merupakan ajang yang membuktikan bahwa masyarakat Kuta masih teguh dengan adat istiadatnya dan sejalan dengan komitmen Pemkab Badung untuk melestarikan, adat, seni, budaya dan tradisi,” ujar Wabup Badung, I Ketut Suiasa, dalam kutipan keterangan pers Humas Pemkab Badung yang diterima di Badung, Minggu.

Dalam penutupan kegiatan tersebut, kegiatan Festival Budaya Desa Adat Kuta 2019 dirangkaikan dengan puncak pemilihan Jegeg Bungan Desa (JBD) Kuta 2019 yang akan menjadi duta Desa adat Kuta selama tahun 2019.

Sebelumnya, para peserta yang berasal dari 13 banjar di wilayah Desa adat Kuta tersebut telah mengikuti sejumlah tahapan seleksi dari rangkaian festival bertema ”Kriya Wikrama Shantikara” atau artinya bekerja dan bekerja untuk mencapai kedamaian itu.

Pada malam puncak pemilihan Jegeg Bungan Desa Kuta 2019 tersebut, Ni Kadek Alisia Finlandia Daraputri perwakilan dari Banjar Anyar Kuta, berhasil menyisihkan peserta JBD dari 12 banjar lain adat di Kuta untuk menjadi Jegeg Bungan desa Kuta 2019.

Sedangkan posisi "runner up" pertama diraih oleh Ni Nyoman Ayuning Pringgondani dari Banjar Pengabetan Kuta dan posisi "runner up" kedua diraih Wayan Windy Indah Sari dari Banjar Segara Kuta. 

Bendesa Adat Kuta I Wayan Wastita mengatakan, selain pemilihan Jegeg Bungan Desa, rangkaian Festival Budaya Desa Adat Kuta selain parade Ogoh-Ogoh saat sehari sebelum Hari Raya Nyepi, juga digelar setelah Pasar Majelangu yang diselenggarakan sehari setalah Hari Raya Nyepi.

"Pasar Majelangu ini merupakan tempat berkumpul masyarakat desa yang dipusatkan di Pantai Kuta. Dalam Pasar Majelangu ini terdapat penjual makanan, minuman dan pakaian," katanya. 

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019