Video game bisa jadi "obat digital" anak autis

Sabtu, 5 Januari 2019 9:25 WIB

Jakarta (ANTARA News) – Video game dapat membantu mengurangi gejala sebagai "obat digital" pada anak-anak penyandang gangguan spektrum autisme (ASD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). 

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Autism and Developmental Disorders memastikan kelayakan dan keamanan alat yang disebut Proyek: EVO, yang memberikan rangsangan sensorik dan motorik melalui pengalaman video game aksi, sebagaimana dilansir New Indian Express, Jumat. 

Sebanyak 50 persen anak-anak dengan ASD memiliki beberapa gejala ADHD, sekitar 30 persen menerima diagnosis sekunder ADHD. 

Tetapi, karena obat ADHD kurang efektif pada anak-anak dengan kedua gangguan tersebut dibanding mereka yang menyandang ADHD, maka para peneliti menyelidiki pengobatan alternatif. 

Anak berkebutuhan khusus seperti gangguan spektrum autisme (ASD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) juga berisiko tinggi terhadap gangguan “fungsi kognitif”, termasuk kemampuan otak untuk mempertahankan perhatian dan fokus untuk tujuan seraya mengabaikan gangguan. 

Ketika anak-anak mencapai usia sekolah dan lebih, gangguan kognitif membuat mereka lebih sulit menetapkan dan mencapai tujuan, serta berhasil menentukan arah sehari-hari di masyarakat. 

“Penelitian kami menunjukkan bahwa anak-anak terlibat dengan proyek: pengobatan EVO untuk jumlah waktu yang disarankan, dan bahwa orang tua dan anak-anak melaporkan tingkat kepuasan yang tinggi dengan pengobatan,” ujar Benjamin Yerys, psikolog anak di Hospital of Philadelphia (CHOP) di Amerika.

Ia mengatakan,“Berdasarkan hasil penelitian yang menjanjikan, kami berharap untuk senantiasa mengevaluasi potensi Proyek: EVO sebagai pilihan pengobatan baru untuk anak-anak dengan ASD dan ADHD.”

Baca juga: Memilih terapi tepat untuk anak autis
Baca juga: Manfaat yoga untuk anak autisme (Video)
Baca juga: Bach Flower, terapi bunga untuk menyeimbangkan emosi anak autis

Penelitan yang melibatkan 19 anak berusia 19-13 tahun yang didiagnosis memiliki gejala ASD sekaligus ADHD. 

Partisipan yang mendapat pengobatan Proyek: EVO, disampaikan melalui pengalaman video gim aksi, atau aktivitas pendidikan yang melibatkan pengenalan pola. 

Penelitian juga menemukan bahwa setelah menggunakan Proyek: EVO, anak-anak menunjukkan kecenderungan peningkatan atensi, dan secara umum terjadi perbaikan gejala ADHD menurut laporan orang tua. 

Walau ukuran sampel penelitian ini kecil, peneltian menunjukkan bahwa menggunakan Proyek: EVO yang layak dan diterima dengan efek terapi yang potensial. 

Tim peneliti tengah merencanakan penelitian tindak lanjut yang lebih besar untuk evaluasi mengenai kemanjuran Proyek: EVO. (ed)

Pewarta: Penerjemah: Anggarini Paramita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019

Terkait

Konten video "game" makin populer di TikTok

Kamis, 2 September 2021 15:34

HPN 2023 agendakan pertemuan wartawan ASEAN

Selasa, 6 Desember 2022 7:51
Terpopuler